Rp500 M BTT NTB Terkuras setelah 2 Kali Pergub Pergeseran, Hanya Tersisa Rp16 M untuk Banjir Bima

Purnawarman
Rp500 M BTT NTB Terkuras setelah 2 Kali Pergub Pergeseran, Hanya Tersisa Rp16 M untuk Banjir Bima. iNewsLombok.id/Purnawarman

BIMA, iNewsLombok.id – Alokasi Belanja Tidak Terduga (BTT) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) dalam APBD murni 2025 sebesar Rp500 miliar kini menyisakan hanya Rp16 miliar. Anggaran ini terkuras setelah dua kali pergeseran melalui Pergub Nomor 06 Tahun 2025.

Pergeseran pertama mengurangi Rp130 miliar, disusul pergeseran kedua sebesar Rp210 miliar. Dengan demikian, realisasi penggunaan dana BTT sudah mencapai Rp484 miliar lebih.

Dari sisa anggaran itu, Pemprov menyalurkan sekitar Rp3,65 miliar khusus untuk penanganan darurat bencana di Kabupaten Bima dan Dompu. Dana ini dikelola oleh Balai Pemeliharaan Jalan Provinsi Wilayah Pulau Sumbawa Bagian Timur, digunakan untuk memperbaiki kerusakan akibat banjir, abrasi pantai, longsor, hingga badan jalan yang tergerus air.

Rincian Alokasi Dana ke Dompu dan Bima

Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD NTB, Muhammad Aminurlah (Maman), menjelaskan bahwa Kabupaten Dompu mendapatkan Rp296,18 juta.

“Anggaran itu untuk perbaikan abrasi sungai dan patching (penutupan lubang) di ruas Jalan Sp Kore–Kiwu,” kata Maman, kemarin.

Sementara Kabupaten Bima memperoleh alokasi jauh lebih besar, sekitar Rp3,35 miliar, dengan delapan paket pekerjaan, di antaranya:

Ruas Jalan Karumbu–Sape: Rp1,26 miliar untuk penanganan longsor bahu jalan, pembangunan box culvert, dan perbaikan jalan amblas.

Ruas Jalan Sampungu–Bajo: Rp795,95 juta untuk patching jalan rusak berat dan pembangunan box culvert di titik jalan putus.

Ruas Jalan Kiwu–Sampungu: Rp419,24 juta untuk perbaikan badan jalan tergerus air.

Selain itu, terdapat alokasi untuk perbaikan jembatan, penanganan abrasi pantai, hingga pemulihan longsoran bahu jalan di titik rawan bencana.

DPRD Kritik Penanganan Bencana

Maman menilai pemerintah daerah kurang serius menangani dampak banjir, khususnya di wilayah Bima.

“Dampak banjir di Wera dan Ambalawi cukup besar. Saluran irigasi rusak dan penuh sedimentasi. Dam rusak, sawah warga rusak,” tegas politisi tiga periode itu.

Ia menekankan bahwa perbaikan irigasi dan bendungan merupakan prioritas mendesak bagi masyarakat.

“Bagaimana sawah bisa ditanami kalau irigasinya rusak?” kritiknya.

Menurutnya, dana BTT sebesar Rp500 miliar seharusnya diarahkan lebih fokus kepada korban banjir.

“Gubernur harus alokasikan untuk kepentingan korban terdampak banjir,” ujarnya.

Warga Bima Blokade Jalan

Sebelumnya, puluhan warga Desa Nanga Wera, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, sempat memblokade jalan raya dengan kayu dan batu pada Kamis (25/9). Aksi itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaan atas lambannya penanganan pascabanjir.

Seorang warga bernama Ahmadi mengeluhkan minimnya bantuan yang diterima korban banjir.

“Belum ada tindakan nyata dari pemerintah,” ucapnya.

Menurut Ahmadi, hingga kini bantuan rumah layak huni, perbaikan saluran irigasi, dan fasilitas umum belum terealisasi.

BNPB mencatat Kabupaten Bima termasuk salah satu daerah dengan indeks risiko banjir tertinggi di NTB.

Banjir bandang yang melanda Wera dan Ambalawi menggenangi ratusan rumah, merusak sawah, serta memutus akses jalan utama.

Pakar kebencanaan menilai, anggaran BTT perlu diarahkan tidak hanya untuk infrastruktur darurat, tetapi juga untuk mitigasi jangka panjang.

Masyarakat berharap agar APBD Perubahan 2025 lebih responsif terhadap kebutuhan korban bencana.

Editor : Purnawarman

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network