Pakar Hukum: Kasus Amaq Sinta Tujuan Akhirnya Bukan untuk Membunuh tetapi Membela Diri

Menurutnya memang benar tindak pidana yang mengakibatkan kematian termasuk ke dalam kejahatan yang sangat berat, karena telah mengakibatkan hilangnya hak hidup bagi seseorang.
KUHP menjelaskan tentang tindak pidana yang mengakibatkan kematian dimana tindak pidana ini tergolong kedalam kejahatan terhadap nyawa, maka ini dapat dilihat dari unsur kesengajaan suatu perbuatan yang terbagi menjadi beberapa jenis menurut unsur kesengajaan baik dengan sengaja maupun tidak sengaja, karena jika dilakukan dengan sengaja termasuk kedalam Pasal 338 KUHP mengenai pembunuhan atau Pasal 351 ayat (3) KUHP mengenai penganiyaan yang mengakibatkan kematian.
Pasal tersebut sepertinya yang diterapkan kepada Amaq Sinta selaku tersangka akibat perbuatannya yang membela diri dari pelaku Begal dijalan Raya ganti pada malam tanggal 10 April 2022 lalu. Ia menjelaskan bahwa, dalam hukum pidana terdapat istilah noodweer atau alasan pemaaf.
Hal itu tercantum dalam pasal 49 KUHP yang mengatur bahwa seseorang yang melakukan pembelaan terpaksa tidak dikenai pidana. Pembelaan terpaksa sebagai alasan penghapus pidana pada pasal 49 KUHP Pidana ayat 1 dan 2.
“Perkataan ‘nood’ artinya ‘darurat’, sedangkan perkataan ‘weer’ artinya ‘pembelaan’, hingga secara harfiah perkataan ‘noodweer’ itu dapat diartikan sebagai suatu pembelaan yang dilakukan di dalam keadaan darurat” jelas Basri Mulyani.
Editor : Purnawarman