Tudingan Rekayasa di Balik Pemilihan Senat Unram: Dunia Akademik Terkontaminasi Kepentingan

“Saya mencoba mencari keadilan melalui gugatan PTUN, tapi dalam prosesnya sanksi kemudian dicabut, tapi saya sudah tidak bisa mendaftar senat. Ini akal-akalan mengerikan,” lanjutnya.
Menurut Ansar, situasi ini menunjukkan bahwa demokrasi kampus tengah mengalami stagnasi dan pengendalian kekuasaan melalui regulasi internal yang direkayasa.
Dr. Ansar mendorong perhatian pemerintah pusat, bahkan Presiden, untuk turun tangan.
“Untuk itu pula saya berharap Kementerian turun tangan, bila perlu sampai Presiden. Membahayakan ketika dunia Pendidikan dibusuki oleh kesewenang-wenangan,” tegasnya.
Sementara itu, Dekan Faperta Unram Satrijo Saloko memilih enggan berkomentar panjang.
“Minta ke Tim Hukum dan Advokasi Unram ya, Mas. Kami sudah kuasakan, dan sekarang kami sedang fokus proses akreditasi,” tulisnya melalui pesan WhatsApp.
Alumni Unram, David Putra Pratama menilai kebebasan akademik kini terancam. Ia menegaskan bahwa kampus harus menjadi ruang pertarungan ide, bukan arena politik kekuasaan.
“Integritas dan akuntabilitas menjadi dasar dalam mengejawantahkan nilai moral dan ilmu. Sebagai guru besar, tak pantas mempertontonkan hal menjijikan di hadapan civitas akademika,”terangnya.
Ia mengingatkan bahwa pemilihan rektor harus menjadi kompetisi gagasan, bukan pertarungan kepentingan.
Ketua DPM Unram 2024 M Affan Fadilah sekaligus Korlap FOKUS, mengungkap adanya dugaan pelanggaran serius dalam tahapan pemilihan senat.
“Aneh, senat dilantik oleh ketua senat lama tanpa ditunjukan SK. Setelah ada dinamika dan tuntutan, baru muncul SK-nya,” ujarnya.
Affan juga menyoroti adanya intimidasi terhadap dosen yang hendak maju sebagai calon rektor.
“Kalau ini terus terjadi kita semua harus mengepung Unram, kita turun ke jalan, mahasiswa dan masyarakat akan menentang cara-cara kampus menjegal seseorang,”
Diskusi ini dihadiri puluhan peserta dari perwakilan BEM, organisasi mahasiswa eksternal, dan masyarakat umum di Kedai Bumi Resto, Kota Mataram. Mereka menyerukan pemulihan demokrasi kampus, transparansi, serta penghapusan intimidasi dalam proses akademik.
Editor : Purnawarman