Selain itu, belanja modal pemerintah dan investasi swasta juga memberikan kontribusi besar. Berdasarkan data, belanja modal tumbuh signifikan hingga 30,37% (y-on-y). Kenaikan impor barang modal seperti mesin dan peralatan dinilai sebagai sinyal kepercayaan dunia usaha terhadap prospek jangka menengah.
“Lonjakan belanja modal dan impor alat berat menunjukkan ada geliat investasi. Ini sinyal positif bahwa pelaku usaha optimistis dengan arah kebijakan ekonomi nasional,” tambah Edo.
Tantangan: Ketimpangan Wilayah dan Risiko Global
Meski tren positif terus berlanjut, Edo menyoroti dua tantangan utama:
Ketimpangan Spasial: Beberapa wilayah di Indonesia, seperti Papua Tengah, masih mengalami kontraksi. Ia menilai perlu percepatan pembangunan infrastruktur dasar, pendidikan, dan digitalisasi di wilayah Indonesia Timur.
“Pertumbuhan ekonomi belum merata. Pemerintah perlu mempercepat proyek infrastruktur, pendidikan, dan digitalisasi di kawasan timur Indonesia untuk memperkecil ketimpangan,” tegas Edo.
Risiko Eksternal: Ketergantungan pada ekspor komoditas tertentu membuat ekonomi Indonesia rentan terhadap fluktuasi global, termasuk volatilitas harga dan suku bunga internasional.
“Pemulihan global masih rapuh. Ketergantungan ekspor pada komoditas tertentu serta fluktuasi suku bunga global bisa menjadi tekanan ke depan. Diversifikasi ekspor dan ketahanan pangan-energi harus diperkuat,”
Momentum Positif Harus Dimanfaatkan
Untuk memaksimalkan potensi pertumbuhan ke depan, Edo mendorong transformasi ekonomi nasional berbasis pada peningkatan produktivitas dan inklusivitas, terutama dari sektor riil dan UMKM.
“Ekonomi Indonesia butuh pertumbuhan yang tidak hanya tinggi, tapi juga berkualitas serta merata,” tutup Edo yang juga merupakan dosen di Universitas An Nur Yogyakarta.
Pertumbuhan ekonomi 5,12% ini lebih tinggi dibanding Triwulan II 2024, yang berada di kisaran 5,03%, menandai percepatan pemulihan pasca pandemi dan peningkatan aktivitas domestik.
Pemerintah tengah menyiapkan instrumen fiskal antisipatif untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama menjelang tahun politik dan ketidakpastian eksternal.
Sektor UMKM berkontribusi 60,5% terhadap PDB, namun baru sedikit yang terhubung dengan digitalisasi dan ekspor.
Pemerataan digitalisasi di luar Pulau Jawa menjadi salah satu fokus nasional untuk mendongkrak kontribusi wilayah timur terhadap pertumbuhan nasional.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait