Wajar, kemudian jika imajinasi publik tentang tentang birokrasi langsung tertuju pada gedung kantor pemerintahan, meja berlapis berkas, pegawai berseragam, dan sistem administrasi yang lamban.
Sebaliknya, dalam lensa antropologi, birokrasi bukan hanya soal struktur administratif tetapi tentang budaya hidup, kebiasaan, sistem makna, dan jejaring kekuasaan yang membentuk cara manusia berhubungan dengan negara.
Birokrasi memuat nilai, simbol, dan cara yang membentuk, mengatur dan membatasi perilaku orang-orang di dalam sistem seperti keharusan loyal pada atasan, disiplin kerja, wajib seragam, dan upacara.
Bagi saya setiap orang memiliki tafsir, cara pandang, definisi dan pengalaman unik sendiri yang berbeda-beda tentang birokrasi. Jika akses birokrasi fleksibel dan mudah pemerintah seringkali dipuja puji.
Di Era birokrasi modern efisiensi birokrasi diukur dari kepraktisan layanan, kecangihan teknologi yang digunakan dan transparansi pelayanan. Namun, prakteknya birokrasi kini, tidak sedikit yang tergelitik menggugat dan protes mencemooh karena aksesnya yang timpang dan buruk.
Birokrasi masih dihadapkan oleh kendala klasik seperti administrasi yang panjang dan berbelit, struktur organisasi gemuk tidak efisien, budaya pungli, koneksi orang dalam, nepotisme layanan dan kental praktek korupsi.
Sehingga corak birokrasi cenderung berjalan feodal dan tidak transparan. Situasi ini tidak heran memicu reaksi tidak puas publik dan banyak yang kecewa enggan punya urusan dengan birokrasi lagi.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait
