LOMBOK, iNewsLombok.id - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, mengeluarkan peringatan keras terkait potensi terjadinya gempa bumi berkekuatan magnitudo 8,5 yang bisa mengguncang wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Potensi ini bukan untuk menakuti, tetapi untuk menyadarkan kita semua bahwa NTB berada di jalur aktif gempa bumi. Kita harus siap, bukan hanya waspada,” ujar Suharyanto dalam keterangannya.
Pernyataan ini disampaikan menyusul analisis para ahli geologi dan seismologi yang mengonfirmasi bahwa NTB merupakan wilayah dengan risiko geologi tinggi akibat berada di jalur pertemuan lempeng tektonik aktif.
NTB Pernah Diguncang Gempa Mematikan 2018
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa pada tahun 2018, gempa besar berkekuatan 7,0 SR di Lombok menewaskan lebih dari 500 jiwa, melukai ribuan orang, serta menghancurkan lebih dari 400.000 rumah warga.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa ancaman bencana bukan hanya teori, tetapi kenyataan.
Gempa Kecil Terjadi Setiap Hari
Dr. Aji Syailendra Ubaidillah, dosen Teknik Geologi Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), menjelaskan bahwa NTB mengalami dua hingga tiga gempa kecil setiap hari.
“Ini adalah aktivitas alami bumi yang tidak seharusnya mengejutkan, tapi justru harus menjadi alarm kesadaran. Yang paling penting bukan rasa takut, melainkan kemampuan mitigasi yang ditanamkan sejak dini,” ungkapnya, Kamis (11/6/2025).
UMMAT Jadi Garda Terdepan Mitigasi Bencana di NTB
UMMAT, sebagai satu-satunya kampus dengan Program Studi Teknik Geologi di NTB, mengambil peran penting dalam upaya edukasi dan mitigasi bencana. Mahasiswa tidak hanya dibekali teori mengenai geologi, tetapi juga terjun langsung ke lapangan di daerah rawan gempa dan gunung api.
“Mahasiswa kami belajar langsung dari medan di lereng Rinjani hingga zona patahan di Lombok. Mereka memetakan wilayah rawan, mengenali tanda-tanda ancaman, dan menyusun strategi mitigasi berbasis masyarakat,” jelas Dr. Aji.
Ancaman Bencana NTB Tidak Hanya Gempa
Selain gempa bumi dan tsunami, wilayah NTB juga menghadapi risiko dari:
Letusan gunung berapi (seperti Gunung Rinjani dan Tambora),
Bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang dan tanah longsor,
Perubahan iklim ekstrem yang meningkatkan curah hujan dan kekeringan bergantian.
Edukasi dan Kesiapsiagaan Jadi Kunci Ketangguhan
Menurut BNPB dan pakar akademik, kesiapsiagaan masyarakat adalah elemen kunci untuk mengurangi jumlah korban. Hal ini hanya bisa tercapai melalui:
Edukasi publik yang berkelanjutan,
Pemetaan risiko bencana secara ilmiah,
Sinergi antar-lembaga pemerintah, akademisi, dan masyarakat lokal.
“Kita memang tidak bisa menghentikan bencana. Tapi kita bisa mencegah korban. Melalui pendidikan, pemetaan risiko, dan sinergi semua pihak, NTB bisa membangun masa depan yang lebih tangguh,” pungkas Dr. Aji.
NTB saat ini memiliki lebih dari 30 jalur sesar aktif yang masih dipantau BMKG.
BNPB sedang mengembangkan sistem peringatan dini gempa dan tsunami berbasis komunitas di kawasan pesisir NTB.
Pemerintah pusat menyiapkan anggaran kontinjensi khusus untuk peningkatan kapasitas tanggap darurat daerah rawan bencana.
UMMAT menjalin kerja sama riset kebencanaan dengan kampus dari Jepang dan Selandia Baru, negara yang juga aktif secara tektonik.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait