"Ini alarm keras bagi semua pemangku kepentingan pemerintah, tokoh agama, pendidik dan keluarga bahwa sistem perlindungan anak kita belum bekerja maksimal. Kita tidak bisa hanya reaktif ketika kasus viral, tapi harus mulai serius membangun sistem pencegahan dan pendampingan yang berkelanjutan," ujarnya, Sabtu (24/5/2025).
Anak Muda Harus Dilibatkan Sebagai Agen Perubahan
Lebih lanjut, Ira menyoroti pentingnya keterlibatan langsung anak-anak dan remaja dalam advokasi dan edukasi mengenai hak mereka. Ia menekankan bahwa anak muda perlu diberdayakan untuk memahami posisi dan potensi mereka.
"Kita harus libatkan remaja dan anak-anak sebagai agen perubahan. Mereka harus tahu hak-haknya, berani bicara dan punya ruang aman untuk tumbuh tanpa tekanan menikah dini. Jika tidak, kita akan terus mengulang lingkaran yang sama," tegasnya.
Langkah Strategis: Evaluasi Menyeluruh Perlindungan Anak di NTB
Saat ini, dibutuhkan evaluasi lintas sektor yang mencakup bidang hukum, pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga sosial budaya. Langkah ini harus dilakukan secara kolaboratif antara pemerintah, tokoh adat, tokoh agama, organisasi masyarakat, serta media lokal yang memiliki pengaruh kuat terhadap persepsi publik.
Salah satu akar persoalan adalah norma sosial dan tekanan ekonomi, yang membuat banyak keluarga mendorong anak-anak mereka menikah lebih cepat sebagai jalan keluar dari kesulitan hidup. Di sisi lain, masih lemahnya edukasi gender dan hak anak di sekolah maupun masyarakat membuat praktik ini sulit dihentikan.
Meskipun Gubernur NTB dan jajarannya telah meluncurkan beberapa program seperti kampanye "Stop Perkawinan Anak", dan kemitraan dengan NGO internasional seperti UNICEF, implementasinya di lapangan masih menghadapi tantangan, mulai dari keterbatasan dana, lemahnya pendampingan, hingga resistensi budaya lokal.
Untuk menjamin masa depan generasi muda NTB, perlu dibangun ekosistem yang kondusif dan aman bagi tumbuh kembang anak. Lingkungan keluarga, sekolah, dan komunitas harus bersatu menghapuskan praktik perkawinan anak.
“Karena masa depan NTB, dan Indonesia, ditentukan oleh bagaimana hari ini kita melindungi generasi mudanya,” tutup Ira Apryanthi.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait