LOMBOK, iNewsLombok.id – Rektor Universitas Gunung Rinjani (UGR), Dr. Basri Mulyani, menanggapi keluhan peternak terkait sulitnya proses pengiriman sapi dari NTB ke Pulau Jawa.
Ia menyarankan agar NTB memiliki laboratorium PCR sendiri untuk hewan guna menghindari ketergantungan pada Bali dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Saat ini, semua pengujian PCR untuk sapi yang akan dikirim ke luar daerah masih dilakukan di Bali. Akibatnya, PAD dari sektor tersebut justru mengalir ke Bali, bukan NTB.
"Kalau PCR dilakukan di Bali, yang dapat PAD ya Bali. Harusnya NTB punya sendiri, agar sapi yang keluar bisa beri kontribusi PAD untuk NTB. Harus segera buat regulasinya," ujar Basri, Selasa (15/4/2025).
Basri menegaskan, NTB tidak kekurangan tenaga ahli peternakan, bahkan banyak di antaranya lulusan luar negeri.
"Kita punya SDM lulusan Australia, ini harus dimanfaatkan oleh Gubernur NTB untuk membangun sektor peternakan dan mendukung visi besar daerah," tambahnya.
Selain isu PCR peternakan, Basri juga menyoroti pentingnya pembangunan Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) di setiap desa untuk memperkuat ketahanan pangan.
“Setiap desa di NTB harus punya UPJA. Ini penting untuk menunjang kemandirian dan efisiensi pertanian,” tegasnya.
Menurutnya, dua hal krusial tersebut—PCR peternakan dan UPJA—wajib menjadi prioritas Pemprov NTB agar pembangunan sektor pertanian dan peternakan berjalan maksimal dan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait