Ia menyatakan bahwa proses menuju puncak adalah yang paling berat, karena harus melintasi pasir di bawah terik matahari dan angin kencang.
"Pada saat di puncak, hanya rombongan saya yang ada. Pendaki lain sudah turun," kata Anar, yang merupakan lulusan Sarjana Sastra Belanda dari Universitas Indonesia (UI) dan memiliki gelar Master of Antropologi.
Biasanya, pendaki Gunung Rinjani turun dari puncak sekitar pukul 10.00 WITA setelah memulai pendakian dari base camp terakhir di Pelawangan pada pukul 04.00 WITA.
Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Anar adalah saat ia turun dari Pelawangan menuju Sajang, Sembalun.
"Mendaki puncak Gunung Rinjani adalah pengalaman luar biasa. Tidak seperti orang lain yang turun dari puncak, saya masih mencoba mencapai puncak," katanya.
Meskipun demikian, sebagai seorang pensiunan aparatur sipil negara (ASN), Anar telah mempersiapkan diri sejak dua bulan sebelumnya untuk mendaki Gunung Rinjani tersebut bersama kedua putranya, menantunya, dan dua cucunya.
"Saya telah mempersiapkan diri dengan naik turun tangga di loteng rumah, sambil membawa barbel dengan kedua tangan sejak dua bulan lalu, dan juga melakukan latihan yoga secara rutin," jelasnya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait