Harapanya dia akan lebih istiqomah, setelah Ramadhan, yakni memegang agama tauhid yaitu Islam, tetap berkeyakinan bahwa Allah adalah segalanya.
Orang yang mendapat kemenangan dan kembali ke fitrahnya semula (Ied al-Fitri), ja’alana Allah wa iyyakum min al-‘adin wal-faizin wa adkhalana waiyyakum fi zumrati ibad al-shalihin, maka bisa dikatakan Idul fitri ada karena adanya shiyam Ramadhan, maka tidak ada nilai dan identitas fitri jika tidak ada pelaksanaan shiyam Ramadhan.
"Namun bukan berarti tidak diperbolehkan seseorang ikut merayakan atau bergembira dalam Idul Fitri, setidaknya dia diharapkan juga nantinya bulan Ramadhan selanjutnya dapat ikut melaksanakan ibadah didalam Ramadhan tersebut,: sebutnya.
Sangat rugi jika sebulan tidak dapat fadhilah Ramadhan, tidak memperoleh kebaikan dan berkahnya, sangat disayangkan kalau hanya orientasi cuman baju baru dan perayaannya saja, ada yang sangat hilang didalamnya tentunya.
ٌََََََََََََََََُُُُِِِِِِِِِّّّْْْْْْْْ
Artinya:
“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus : 58).
"Kalau dia tidak menjalani ibadah Ramadhan karena udzur syar'i yaa lain lagi, semisal sakit, safar ataupun kondisi tertentu seorang wanita haid dan lainya," pungkasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait