“Sejauh ini beliau (Edy Sopyan) turun secara personal. Tidak ada koordinasi dengan pusat. Ingat, yang punya sawah ini DPP. Jadi apa arahan dari DPP, itu keputusan di daerah,” ujar Bahtiar Thamrin, Wakil Sekretaris Bidang Kepartaian dan Organisasi DPD I Golkar NTB.
Pertemuan di Hotel Santika: Dua Opsi untuk PK
Untuk meredam potensi konflik, DPD I Golkar NTB mengumpulkan seluruh PK dari enam kecamatan di Kota Mataram dalam pertemuan tertutup di Hotel Santika, Senin–Selasa (13–14/10).
Setiap PK diberikan dua pilihan:
Menandatangani surat dukungan untuk Rino Rinaldi, atau Mengajukan surat pengunduran diri sebagai pengurus PK.
“Makanya sekarang dinamika itu sudah selesai,” tegas Bahtiar.
Hasilnya, seluruh PK akhirnya memilih mendukung Rino, menguatkan kemungkinan Musda berlangsung aklamasi.
Musda Diprediksi Aklamasi
Setelah suasana internal kondusif, DPD I Golkar NTB menetapkan jadwal Musda:
DPD II Lombok Tengah (Loteng): Sabtu (18/10) di Hotel Raja Mandalika
DPD II Kota Mataram: Minggu (19/10) di Hotel Lombok Raya
Sekretaris DPD I Golkar NTB Firadz Pariska menyebutkan, aklamasi dimungkinkan jika hanya satu kandidat yang mendaftar.
“Kalau misalnya hanya satu calon yang daftar, ya baru bisa aklamasi,” ujarnya.
Menurut Firadz, aklamasi bukan kelemahan demokrasi, melainkan tanda soliditas partai.
“Aklamasi juga bagian dari demokrasi. Artinya seluruh kader memiliki tujuan yang sama, untuk menyatukan dan memajukan Partai Golkar,”ungkapnya.
Dinamika Serupa di Lombok Tengah
Situasi serupa juga terjadi di DPD II Golkar Lombok Tengah. Mantan Ketua DPRD Loteng, Ahmad Puaddi, semula berniat maju. Namun, DPP Golkar lebih menginginkan Nursiah, yang saat ini menjabat Wakil Bupati Lombok Tengah.
Demi meredam gejolak, Nursiah disarankan menggandeng Ferdian Elmansyah, putra mantan Bupati Suhaili FT, sebagai sekretaris.
Golkar Mataram dan Loteng menjadi barometer internal partai di Pulau Lombok.
Arah DPP menunjukkan upaya menjaga stabilitas dan citra partai di daerah.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait