“Saya harus berjuang keras untuk menang. Sebelumnya saya pernah tiga kali mengikuti kejuaraan; yakni di Semarang, Yogyakarta, dan Popda di Boyolali. Ini yang terberat. Punggung kaki saya masih sakit ini,” kata Revan sambil mengurut kaki kanannya dengan minyak herbal tradisional.
Meski sempat kehilangan poin besar karena pelanggaran berat di babak pertama, Revan bangkit di dua babak berikutnya. Ia mengubah strategi dengan menguasai arena tengah dan melancarkan teknik tangkapan serta guntingan yang sukses menjatuhkan lawan.
Aturan Baru IPSI Beri Warna Kompetisi
PDIC XI tahun ini juga mencatat sejarah baru dengan penerapan aturan laga IPSI yang telah direvisi pada 2025. Dalam versi terbaru, teknik menarik pelindung tubuh (body protector) untuk menjatuhkan lawan resmi dilarang, mendorong pertandingan lebih menonjolkan teknik silat asli dibanding sekadar adu fisik.
Nomor yang dipertandingkan dalam ajang ini terbagi menjadi dua kategori besar:
Versi Perisai Diri: fokus pada teknik kerapian dan serang hindar.
Versi IPSI: mencakup laga, seni tunggal, serta solo kreatif.
Capaian Luar Biasa di Tengah Tantangan Finansial
Beberapa kontingen menghadapi kendala logistik. Pelatih Jawa Tengah, Ganefi, menyampaikan bahwa dana menjadi hambatan utama dalam membawa lebih banyak atlet ke Mataram.
“Kami masih selalu berada di peringkat empat. Untuk bisa datang ke Mataram perlu dana yang besar. Oleh karena itu kami hanya mampu membawa 16 atlet. Mendapatkan perolehan medali di peringkat empat itu sudah kami perkirakan,” jelasnya.
22 Kontingen, 680 Pesilat, dan 14 Negara
PDIC XI 2025 diikuti oleh 680 pesilat dari 22 kontingen, termasuk peserta mancanegara dari Belanda, Jepang, Jerman, Inggris, Australia, Amerika Serikat, Prancis, Swiss, Swedia, Spanyol, dan Timor Leste.
Acara penutupan kejuaraan ini diwarnai dengan kunjungan ke Sirkuit Internasional Mandalika, diikuti Gala Dinner yang mempererat tali silaturahmi antar peserta pada Kamis sore, 17 Juli 2025.
Para kontingen kemudian mulai meninggalkan Mataram keesokan harinya menggunakan bus, kapal laut, dan pesawat udara.
Sejarah dan Perjalanan PDIC
Kejuaraan Perisai Diri International pertama kali digelar di Semarang pada tahun 1990. Sejak itu, event ini telah menjadi salah satu ajang bergengsi pencak silat tingkat internasional, tidak hanya sebagai tempat uji tanding, tetapi juga sebagai ajang pemersatu budaya bela diri Nusantara dan dunia.
Keberhasilan Bali menjuarai PDIC XI 2025 di Mataram membuktikan bahwa persiapan yang matang dan regenerasi atlet yang terencana mampu mencetak prestasi.
Sementara itu, kisah dramatis Revan Maulana Akbar menjadi inspirasi bahwa semangat juang, strategi cerdas, dan teknik murni pencak silat masih menjadi kunci utama kemenangan.
PDIC bukan hanya kompetisi, tetapi simbol persaudaraan internasional dalam bingkai budaya silat yang perlu terus dilestarikan.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait