LOMBOK, iNewsLombok.id - Insiden tragis yang menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), di jalur pendakian Gunung Rinjani menjadi momentum reflektif bagi pengelolaan destinasi wisata alam, khususnya dalam aspek keselamatan, mitigasi risiko, dan manajemen bencana di kawasan konservasi.
General Manager Geopark Rinjani, Qwadru P. Wicaksono, menegaskan pentingnya peningkatan sistem keselamatan dan informasi kepada para pendaki serta sinergi lintas sektor untuk menghindari kejadian serupa di masa mendatang.
“Sebagai pengelola kawasan Geopark Rinjani, kami menegaskan bahwa keselamatan pengunjung adalah prioritas utama. Kami terus berupaya memastikan bahwa sistem informasi, edukasi, dan mitigasi risiko di kawasan ini berjalan secara komprehensif,” ujarnya, Jumat (11/7/2025).
Gunung Rinjani: Warisan Dunia yang Harus Dijaga
Gunung Rinjani bukan sekadar ikon alam Nusa Tenggara Barat (NTB), tetapi telah ditetapkan sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark, yang menandakan pentingnya nilai geologis, ekologis, dan budaya kawasan ini.
Hal ini menuntut adanya pengelolaan terpadu yang tidak hanya berfokus pada pariwisata, tetapi juga keselamatan dan kelestarian lingkungan.
“Peristiwa ini menjadi refleksi penting bagi semua pihak untuk memperkuat sinergi dalam pengelolaan destinasi, khususnya pada aspek keamanan dan kesiapsiagaan bencana di jalur pendakian,” tambah Qwadru.
Evaluasi SOP dan Sistem Peringatan Dini
Geopark Rinjani saat ini tengah berkoordinasi dengan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) untuk memperkuat Standard Operating Procedure (SOP) serta pengembangan sistem peringatan dini di titik-titik rawan bencana dan insiden.
“Bersama BTNGR, kami tengah mengevaluasi dan menyusun langkah-langkah penguatan SOP keselamatan dan sistem peringatan dini di zona-zona rawan,” kata Qwadru.
Doa dan Dukungan untuk Proses Evakuasi
Geopark Rinjani juga mengajak seluruh masyarakat NTB dan komunitas internasional untuk turut mendoakan keselamatan Juliana Marins, yang diketahui terjatuh di sekitar Cemara Nunggal, dalam perjalanan menuju puncak Rinjani.
“Geopark Rinjani akan terus berkomitmen menjaga harmoni antara alam, budaya, dan keselamatan semua,” tegasnya.
Apresiasi untuk Tim SAR Gabungan
Qwadru juga menyampaikan keprihatinan mendalam dan apresiasi kepada seluruh unsur yang terlibat dalam proses evakuasi, mulai dari TNI, Polri, Basarnas, relawan, hingga porter lokal yang bekerja keras dalam misi kemanusiaan ini.
“Kami mengikuti dengan seksama proses evakuasi yang tengah dilakukan oleh Tim SAR Gabungan, dan menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas kerja keras seluruh unsur,” tutupnya.
Gunung Rinjani memiliki ketinggian 3.726 mdpl dan merupakan gunung tertinggi kedua di Indonesia.
Jalur pendakian Rinjani terdiri dari beberapa titik kritis, seperti Cemara Siu, Plawangan, dan Torean, yang kerap membutuhkan perbaikan penandaan jalur dan kesiapan medis.
Hingga Juni 2025, jumlah pendaki yang memasuki kawasan Rinjani meningkat 30% dibandingkan tahun sebelumnya, memicu kebutuhan peningkatan standar keselamatan dan edukasi bagi wisatawan asing dan lokal.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait