LOMBOK, iNewsLombok.id - Ekonom Pusat Kajian dan Analisis Ekonomi Nusantara (PKAEN), Edo Segara Gustanto, menanggapi kemerosotan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar –1,47 persen pada triwulan I tahun 2025 sebagai sinyal penting atas kerapuhan struktur ekonomi daerah yang masih sangat tergantung pada sektor pertambangan.
Menurutnya, kondisi ini bukan sekadar fluktuasi sesaat, tetapi mencerminkan vulnerability struktural yang bisa berdampak sistemik jika tidak segera diantisipasi.
Ia menyoroti bahwa lebih dari 30 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB selama ini disumbang oleh sektor tambang, terutama dari aktivitas PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) yang mengelola tambang tembaga dan emas di wilayah tersebut.
Edo menjelaskan bahwa anjloknya pertumbuhan ekonomi NTB disebabkan oleh dua faktor utama: smelter PT AMNT yang belum beroperasi penuh (baru sekitar 40 persen kapasitas) dan terhentinya ekspor konsentrat karena belum terpenuhinya izin ekspor serta kewajiban hilirisasi yang ditetapkan pemerintah pusat.
Kombinasi hambatan teknis dan regulasi ini membuat sektor pertambangan mengalami kontraksi tajam dan menyeret turun angka pertumbuhan ekonomi agregat.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait