Ia menyarankan publik untuk tidak sekadar terpukau oleh aksi panggung, namun juga melihat bagaimana gestur dan simbol politik diatur dari balik layar.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika NTB, Yusron Hadi, saat dikonfirmasi, membenarkan kejadian tersebut. Ia menyebut tindakan Gubernur merupakan bentuk refleks kemanusiaan.
"Betul. Saat beliau turun melihat keindahan Pusuk Sembalun dalam kunjungan Menhut kemarin, tiba-tiba ada saudara kita yang tengah berjualan di sana berkelahi," terang Yusron.
Menurut Yusron, Gubernur Iqbal secara spontan langsung turun tangan untuk meredam ketegangan antara para pedagang.
Politik Simbolik di Era Digital
Fenomena politisi yang melakukan aksi langsung di hadapan publik untuk menarik simpati bukan hal baru.
Dalam konteks NTB, ini menjadi menarik karena dilakukan dalam situasi informal, di tempat wisata, dan terekam serta tersebar cepat melalui media sosial. Hal ini mempercepat kapitalisasi citra dan menjangkau lebih banyak konstituen secara emosional.
Gubernur Iqbal sendiri belum memberikan tanggapan apakah aksi tersebut bagian dari strategi komunikasi atau murni spontanitas.
Namun, pengamat meminta publik dan media tidak larut dalam euforia simbolik tanpa mengevaluasi substansi kepemimpinan secara keseluruhan.
Aksi Gubernur Iqbal di Pusuk menuai pujian sekaligus analisa kritis. Di satu sisi, ia menunjukkan sisi kemanusiaan sebagai pemimpin.
Namun di sisi lain, tindakan tersebut juga bisa dikaitkan dengan narasi politik dan pembentukan citra di ruang publik. Inilah tantangan pemimpin di era demokrasi visual: bagaimana menjaga otentisitas tanpa terjebak dalam panggung pencitraan semata.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait