Dalam teori tersebut, aksi-aksi publik seorang pemimpin dapat menjadi bagian dari strategi panggung (front stage) untuk menciptakan narasi positif dan memperkuat persepsi publik.
"Tidak boleh dihindari juga, di era branding politik modern, aksi-aksi populis kepala daerah sebagai tokoh banyak dinilai publik sebagai aksi gimmick dan pencitraan. Sah-sah saja. Ini yang disebut Ervin Goffman sebagai dramaturgi politik," tambah Alfisahrin.
Kritik terhadap Gaya Komunikasi Politik Iqbal
Lebih lanjut, Alfisahrin menyebut bahwa Gubernur Iqbal saat ini sedang dalam sorotan publik atas sejumlah kebijakan, mulai dari isu meritokrasi, pendekatan organisasi, hingga gaya komunikasi politiknya yang dinilai masih tertutup.
"Apalagi saat ini Pak Iqbal tengah banyak disorot terkait sejumlah kebijakan dari urusan meritokrasi hingga arsitektur komunikasi politiknya yang dinilai eksklusif dan belum settle dengan banyak timnya," katanya.
Menurutnya, membaca gerak-gerik politik seorang kepala daerah harus melibatkan pendekatan semiotik, bukan semata hitam putih.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait