Edo Segara Gustanto
Peneliti di Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM) Yogyakarta
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 menjadi ajang yang dinanti-nantikan oleh masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB), termasuk Pemilihan Gubernur (Pilgub). Sebagai salah satu provinsi dengan dinamika politik yang cukup menarik, NTB sering kali menjadi barometer pergeseran preferensi politik di kawasan Timur Indonesia. Dengan jumlah pemilih yang signifikan dan komposisi sosial yang beragam, NTB menyimpan potensi menentukan arah kebijakan politik nasional, terutama dalam kontestasi kepala daerah.
NTB dikenal dengan masyarakatnya yang religius, mayoritas penduduknya berafiliasi dengan Islam, dan budaya lokal yang kental memengaruhi pola pikir politik. Sebagai basis politik sejumlah partai besar, seperti PKS, Gerindra, dan PPP, peta suara di NTB kerap kali mencerminkan pengaruh kombinasi agama dan etnisitas. Calon kepala daerah yang mampu menyentuh aspek tersebut biasanya mendapatkan dukungan luas.
Namun, Pilkada 2024 menghadirkan tantangan baru. Dinamika politik nasional dan efek kebijakan pemerintahan sebelumnya akan memengaruhi preferensi masyarakat. Peran generasi muda NTB, yang semakin kritis dengan akses informasi digital, juga akan membentuk konfigurasi suara baru. Isu-isu seperti pendidikan, ekonomi, infrastruktur, dan pemberdayaan perempuan diperkirakan menjadi agenda utama yang diperhatikan pemilih.
Riwayat Kemenangan Nahdlatul Wathan (NW) Pancor
Peran NW Anjani dan NW Pancor dalam Pilkada NTB sangat signifikan karena mereka menguasai basis sosial yang kuat dan memiliki pengaruh besar dalam pembentukan opini publik. Calon kepala daerah yang dapat merangkul kedua kubu ini secara efektif akan memiliki peluang besar untuk menang, meski tantangannya adalah menjaga keseimbangan antara kedua kelompok agar tidak terjadi konflik atau polarisasi yang mendalam di masyarakat.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait