Dara Manis Ranya Kristiono Yakin UMKM Gula Aren Semut NTB Bisa Naik Kelas dengan Digitalisasi Produk
Politisi muda itu turun didampingi tim relawan dan Yayasan HBK Peduli. Ia harus naik turun bukit untuk sampai di lokasi sentra industri gula semut. Meski kondisi medan yang cukup jauh dan tak bisa diakses menggunakan kendaraan roda empat, Rannya tetap semangat.
Tak sedikitpun wajah Rannya tampak lelah. Sesekali senyum lebar merekah dari bibirnya.
Tiba di lokasi, lulusan Brunnell University London itu disambut masyarakat yang memang telah menantikannya. Ia pun langsung menyaksikan proses pembuatan gula semut.
Tak sekadar menyaksikan, Rannya pun terlibat langsung dalam setiap proses pembuatan gula semut, mulai tahap awal mengambil air aren (nira) hingga menjadi butiran halus gula semut tradisional yang sangat manis.
Ditemui di sela-sela menyaksikan proses pembuatan gula semut, Rannya mengaku konsisten mendukung UMKM berbasis rumahan yang memang selama ini menjadi penggerak ekonomi masyarakat, khususnya di pedesaan.
Sang Penerus HBK itu melihat, produk yang dihasilkan para pelaku UMKM di Pulau Lombok khususnya dan NTB pada umumnya tak kalah dengan produk yang dihasilkan industri (pabrik) skala besar.
"Saya merasakan sendiri, kualitas dari produk UMKM rumahan jauh lebih tinggi salah satunya ya gula semut ini, " katanya.
Namun, dari hasil dialog bersama pelaku UMKM dan masyarakat setempat, Rannya menilai, problem utama dari UMKM lokal di Pulau Lombok saat ini adalah belum jelasnya pangsa pasar atau market.
Konsumennya belum tercipta secara baik. Rannya pun mendukung adanya upaya pengenalan lewat digitalisasi agar produk UMKM dikenal luas.
"Alhamdulillah, hari ini saya berkesempatan menyaksikan langsung bagaimana masyarakat (pelaku UMKM, red) membuat gula semut. Ternyata perjuangan mereka dalam membuat gula semut ini tidak mudah," ujarnya sembari menunggu proses pembuatan gula semut di kediaman warga.
Dari hasil pengamatannya, Rannya mengungkap, perlu upaya digitalisasi UMKM.
Hal ini penting guna memperlebar sayap pelaku UMKM dalam memasarkan produknya agar bisa naik kelas.
"Digitalisasi adalah bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman. Saya mendorong digitalisasi dengan membangun ekosistem kemitraan antara UMKM, lokapasar (marketplace), dan lembaga-lembaga terkait untuk mendukung pemasaran produk-produk lokal di Pulau Lombok, seperti gula semut ini," terangnya.
Lebih lanjut, upaya digitalisasi terhadap pelaku UMKM perlu lebih gencar dilakukan. Terutama sejak pandemi Covid-19 melanda, adanya perubahan pola belanja masyarakat yang lebih memilih berbelanja secara daring, menuntut pelaku usaha harus adaptif dan mampu mengikuti perkembangan arus pasar.
Di hadapan masyarakat, Rannya juga menyampaikan bahwa dahulu, Ayahnya (HBK) memberikan perhatian yang sangat serius terhadap keberadaan UMKM.
Perhatian itu diwujudkan dengan rutin memberikan pelatihan enterpreneur (kewirausahaan) bari para pelaku UMKM bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Terutama bagi yang UMKM baru merintis. Ikhtiar tersebut saat ini ia teruskan.
Mengingat, UMKM ini merupakan salah satu penopang utama roda ekonomi di masyarakat. Sebagai politisi muda, Rannya mengaku anak muda tidak boleh berpangku tangan. Anak muda mesti hadir dengan wajah baru, menyelaraskan antara budaya masyarakat dengan perkembangan teknologi.
"Masyarakat tentu sudah tahu bagaimana dahulu perhatiaan Ayah saya terhadap UMKM. Dan pesan beliau, saya mesti meneruskan perjuangan itu, utamanya perihal perhatian kepada UMKM. Dan sebagai anak muda juga, harus terlibat aktif sebagai motor penggerak UMKM. Caranya bagaimana? Kita mesti kombinasikan dengan perkembangan teknologi. Terutama pemasaran," beber Rannya.
Lebih jauh, Rannya mengungkapkan gagasannya untuk pemberdayaan UMKM Pulau Lombok dan NTB umumnya. Ia mengusung tagline "Bangga Buatan NTB". Bangga Buatan NTB mengandung maksud agar masyarakat, khususnya di NTB baik Pulau Lombok dan Sumbawa aktif mempromosikan produk unggulan UMKM yang sehingga penjualan produk UMKM dapat meningkat.
"Saya tentu tidak bisa sendiri, Bangga Buatan NTB ini mesti ada dukungan dan partisipasi penuh dari seluruh masyarakat untuk menjadi pahlawan di negeri sendiri, dengan terus membeli dan memakai produk buatan NTB," tegas Rannya.
Apalagi, ujar Rannya, saat ini Pemerintah Provinsi NTB mempunyai Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 43 tahun 2022 tentang bela beli produk lokal. Keberadaan pergub itu juga telah didukung dengan penerbitan e-katalog produk lokal.
"Kita sudah punya wadahnya. Tinggal kita masifkan sosialisasi agar seluruh masyarakat memahami itu," jelasnya.
Terpisah, Kepala Dusun Kedondong Atas, Desa Pusuk Lestari, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat Iskandar Zulkarnain mengapresiasi perhatian Rannya dan HBK Peduli terhadap pelaku UMKM. Kepada Rannya, Iskandar berharap untuk dapat dibantu menemukan target pasar untuk menyalurkan produk gula semut secara konsisten.
"Terus terang keluhan kita selama ini soal pemasaran, promosi. Setiap hari memang selalu ada pesanan, tapi kita butuh kepastian. Agar produksi masyarakat juga bisa ditingkatkan," kata Iskandar saat berdialog dengan Rannya.
Iskandar mengaku, produk gula semut dari daerahnya memang kini sudah banyak dicari. Hal itu lantaran kualitasnya yang memang dinilai sangat bagus. Bahkan, pelaku UMKM rumahan gula semut di tempatnya terus bertambah.
"Kami tentu mengapresiasi kepedulian Mbak Rannya kepada pelaku UMKM. Kami berharap dapat terus dibina dan ada upaya keberlanjutan dalam memperhatikan nasib para pelaku UMKM ini," papar Iskandar.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait