Dalam hal kerajinan, lanjutnya, guru-guru memiliki dedikasi yang tinggi karena tingkat kerajinan masuknya tinggi. Namun pola pikir guru belum terbuka, jadi banyak guru-guru yang bertemu dengan murid yang beda maka itu akan menyulitkan guru untuk mentransfer ilmu ke muridnya.
Adapun, sambungnya, kemampuan guru harus dikembangkan sesuai dengan dunia pembelajaran yang harus relevan dengan materi yang semakin berkembang.
Sehingga guru dapat mengajarakan siswa dengan cara yang terbaik. Untuk itulah perlu adanya peningkatan kapasitas untuk merubah pola fikir dari fix mindset menjadi growth maindset.
Berbagai persoalan terkait literasi dasar di Lombok Timur ini kemudian mendorong IAIH Pancor untuk turut terlibat.
Tahun 2021 lalu, IAIH Pancor telah berkolaborasi dengan Kemenag dan INOVASI menjalankan program MAULANA atau Madrasah Unggul Anak Hebat yang fokus kegiatan memberikan pendampingan terhadap guru untuk meningkatkan literasi kepada siswa dengan pendekatan yang lebih efektifdan relevan sehingga kapasitas literasi siswa bisa meningkat.
“Dalam konteks ini, IAIH mengambil beberapa peran yakni IAIH menyiapkan SDM dengan merekrut dosen-dosen untuk melakukan pendampingan terhadap guru seperti asesemen, penerapan pembelajaran yang sesuai level kemampuan anak, pendampingan riset isu literasi dasar yang inklusif yang bertujuan untuk menganalisa persoalan kemudian menyelesaikan persoalan tersebut,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan, IAIH Pancor berkolaborasi dengan Kemenag dan Pemda Lombok Timur beberapa program yang sebelumnya telah terlaksana sampai dengan saat ini yakni melakukan pendampingan terhadap 40 yang tersebar di wilayah Lombok Timur.
Pendampingan yang dilakukan ini adalah pembelajaran literasi dasar yang inklusif dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi.
Dalam pendekatan ini, siswa-siswa diukur tingkat keterampian literasinya dan kemudian di kelompok berdasarkan level tertentu. Setiap kelompok kemudian mendapat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya.
“Sistem pengelompokannya yaitu tiga kelas, jadi walaupun kelasnya berbeda namun disatukan atau digabungkan ke dalam tiga kelompok pembelajaran tersebut,” ulas Heri.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait