Untuk itu, sebagai sebuah entitas bangsa plural, tentunya jika ada pihak-pihak tertentu yang menjadikan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) sebagai isu komoditas politik. Tentunya, kader PDI Perjuangan diharapkan tidak kepancing pada hal itu.
"Kita ini bukan negara agama, pendekatan kita sudah jelas adalah Pancasila. Maka, keberagaman sebagai sebuah fakta historis harus kita dudukan pada porsinya. Yakni, agama itu, adalah spirit. Jadi siapapun enggak boleh lagi melakukan praktik mengkonfrontasi, antara agama dan Pancasila," ujar dia.
Ia mengajak kader PDI Perjuangan di Kota Mataram serta warga NTB, agar tidak lagi mau terpengaruh pada sifat-sifat yang mengkonfrontasi antara agama dan Pancasila.
Sebab, NKRI adalah tempat warga berhimpun untuk menyatukan persepsi dan gagasan untuk terus mengamalkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. Karena itu, pilihan idiologi Pancasila yang sudah dirumuskan oleh para pendiri bangsa Indonesia, sudah sangat komplit dan sangat brilian dalam mengatur berbagai sendiri kehidupan warganya.
Salah satunya, pada rumusan Sila Pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu artinya, bangsa Indonesia, sudah sangat yakin pada Tuhan.
"Semua agama di negara Indonesia tak hanya Islam, menyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Nah, kalau saya ibaratkan itu, NKRI itu, adalah sebuah kapal besar. Maka, jangan sampai ada yang berani coba-coba melobanginya. Sebab, jika sampai ada yang melobangi, tentu kapal besar itu akan bocor dan oleng," papar Prof Gatot.
Ia berharap para kader PDIP NTB dibawah komando RH, agar tak henti terus merawat dan menjaga keutuhan NKRI dari jeratan para pihak yang ingin melunturkan rasa nasionalisme warga Indonesia.
"Tantangan kita semua, termasuk kader PDI Perjuangan adalah melawan para pihak yang ingin terus melunturkan asa nasionalisme. Yang pasti, kegiatan kayak sekarang ini adalah upaya kita untuk terus memberikan pemahaman bahwa idiologi Pancasila, harus terus digelorakan karena Pancasila merupakan cara pandang bangsa yang sudah utuh dengan spirit terkandung didalamnya, adalah mengatur segala lini kehidupan warganya," jelas Prof Gatot.
Terpisah, Wakil Direktur III Politeknik Medica Farma Husada Mataram, Dr. Alfin Syahrin, menambahkan bahwa, keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa, justru konsepnya digali berdasarkan nilai luhur bangsa Indonesia.
"Perbedaan itu bukan sumber perpecahan tapi menjadi falsafah bangsa. Kalau ingin bangsa kita terus menghormati nilai luhur bangsa, maka jadikanlah perbedaan itu sebuah khazanah untuk memperkaya dan memperkuat jati diri khazanah bangsa Indonesia," tandas Alfin Syahrin.
Editor : Purnawarman