Nash Al-Quran dan sunnah tidak menyebut batasan i'tikaf dengan batas waktu tertentu. Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan,
،
"Itikaf adalah berdiam diri di masjid dalam rangka melakukan ketaatan kepada Allah, baik itu lama ataupun sebentar, karena tidak terdapat (sepengetahuanku) dalil yang menunjukkan batasan waktu i'tikaf baik satu hari maupun dua hari atau yang lebih dari itu." [Majmu' Fatawa 14/441]
Adapun riwayat Umar bin Khattab yang mau i'tikaf semalam saja, maka ini adalah nadzar i'tikaf yang harus ditunaikan.
Umar pernah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
؟: “
“Aku pernah bernadzar di zaman jahiliyah (sebelum masuk islam) utnuk melakukan i’tikaf semalam di masjidil haram?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “ Penuhi nadzarmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bagi yang mendapati udzur tidak bisa itikaf, maka hendaklah ia melakukan itikaf semampunya di masjid dan semoga bisa mendapatkan malam lailatul qadar. Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan,
إذا تعذر عليك أن تعتكف العشر الأواخر من رمضان كاملة لماذا لاتعتكف في المسجد ولو لساعة واحده أو يوم واحد ان استطعت او من العشاء الى الفجر. كل يوم نذهب الى المسجد لنصلي العشاء والقيام فلماذا لاتنوي الأعتكاف ولو من العشاء الى صلاة القيام أو حتى الى صلاة الفجر ثم تذهب لعلها توافق ليلة القدر فتفوز فوزا عظيما*
"Apabila anda memiliki udzur untuk melakukan i'tikaf di sepuluh akhir ramadhan secara sempurna, maka mengapa anda tidak i'tikaf di masjid walaupun hanya satu jam, atau sehari yang engkau mampu, atau dari isya hingga subuh, sesuai kemampuanmu. Setiap hari kita berangkat ke masjid untuk mengerjakan shalat isya dan qiyamul lail (tarawih), lalu mengapa anda tidak berniat untuk i'tikaf, walaupun hanya dari waktu isya hingga tarawih, atau hingga shalat subuh kemudian pulang. Mudah-mudahan hal tersebut bertepatan dengan lailatul qadr sehingga anda pun meraih keberuntungan yang besar."
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait