Itikaf, Sesibuk Apapun Pekerjaan Siapkan Waktu 30 Menit di Masjid

Vitrianda Hilba Siregar
Itikaf di 10 malam terakhir Ramadan bagi pekerja formal, pedagang serta  profesi lain yang sangat sibuk membuat mereka berfikir untuk keras mengatur waktu. (Foto: Okezone)

ITIKAF di 10 malam terakhir Ramadan bagi pekerja formal, pedagang serta  profesi lain yang waktuny sangat sibuk maka membuat mereka berfikir untuk keras mengatur waktu. 

Bagi mereka tentu sulit itikaf di masjid selama 10 hari atau dalam sehari-semalam.

Namun bagaiman solusinya agar mereka yang sibuk masih dapat meluangkan waktunya ke masjid untuk itikaf. 

Memang terdapat perbedaan pendapat ulama, berapa lama batas minimal 
itikaf. 


Ada pendapat yang menyatakan 10 hari dan ada juga pendapat yang menyatakan minimal sehari-semalam.

"Dalam hal ini kami lebih memegang pendapat jumhur ulama yang menyatakan bahwa batas minimal i'tikaf adalah beberapa saat saja (lahdzah), artinya bisa beberapa saat semisal 30 menit, satu jam, setengah hari dan tidak harus satu hari penuh sehari semalam, asalkan berniat melakukan itikaf," ujar Ustaz dr Raenul Bahraen dalam akun Instagramnya beberapa waktu lalu.

Dengan demikian, ini menjadi kabar gembira bagi mereka yang sibuk tadi, untuk tetap melakukan itikaf selama Ramadhan. Semisal pagi atau siangnya bekerja, sore atau malam melakukan itikaf.

Dengan demikian, ini menjadi kabar gembira bagi mereka yang sibuk tadi, untuk tetap melakukan itikaf selama Ramadhan. Semisal pagi atau siangnya bekerja, sore atau malam melakukan itikaf.

Yang menjadi dasar pendapat jumhur ulama adalah hadits dari Ya’la bin Umayyah radhiallahu ‘anhu , beliau berkata, 

،

“Saya berdiam beberapa saat di masjid, dan tidaklah aku berdiam kecuali untuk i’tikaf.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf).

An-Nawawi menjelaskan pendapat jumhur ulama dalam hal ini, beliau berkata, 

ٌَََََََََََََََََُُُُُُُُُِِِِِِِِِّّّّّْْْْْْْ ,ٍٍََََََََََََََُُُُُُِِِّّْْْْْ

"Adapun batas minimal itikaf yang shahih adalah apa yang ditegaskan oleh jumhur bahwa dipersyaratkan tinggal/menetap di masjud dan boleh lama atau sedikir bahkan sampai beberapa saat (lahdzah)." [Al-Majmu' 6/514]

Demikian juga Ibnu Hazm menegaskan berdiam diri di masjid karena Allah adalah itikaf dan tidak ada bataaan tertentu. Beliau berkata, 

“Semua bentuk berdiam diri di masjid karena Allah Ta'ala, dalam rangka berniat beribadah kepada-Nya adalah i’tikaf.” [Al-Muhalla , 5:179]

Nash Al-Quran dan sunnah tidak menyebut batasan i'tikaf dengan batas waktu tertentu. Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan, 

،

"Itikaf adalah berdiam diri di masjid dalam rangka melakukan ketaatan kepada Allah, baik itu lama ataupun sebentar, karena tidak terdapat (sepengetahuanku) dalil yang menunjukkan batasan waktu i'tikaf baik satu hari maupun dua hari atau yang lebih dari itu." [Majmu' Fatawa 14/441]

Adapun riwayat Umar bin Khattab yang mau i'tikaf semalam saja, maka ini adalah nadzar i'tikaf yang harus ditunaikan.

Umar pernah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 

؟: “

“Aku pernah bernadzar di zaman jahiliyah (sebelum masuk islam) utnuk melakukan i’tikaf semalam di masjidil haram?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “ Penuhi nadzarmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagi yang mendapati udzur tidak bisa itikaf, maka hendaklah ia melakukan itikaf semampunya di masjid dan semoga bisa mendapatkan malam lailatul qadar. Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan,

إذا تعذر عليك أن تعتكف العشر الأواخر من رمضان كاملة لماذا لاتعتكف في المسجد ولو لساعة واحده أو يوم واحد ان استطعت او من العشاء الى الفجر. كل يوم نذهب الى المسجد لنصلي العشاء والقيام فلماذا لاتنوي الأعتكاف ولو من العشاء الى صلاة القيام أو حتى الى صلاة الفجر ثم تذهب لعلها توافق ليلة القدر فتفوز فوزا عظيما*

"Apabila anda memiliki udzur untuk melakukan i'tikaf di sepuluh akhir ramadhan secara sempurna, maka mengapa anda tidak i'tikaf di masjid walaupun hanya satu jam, atau sehari yang engkau mampu, atau dari isya hingga subuh, sesuai kemampuanmu. Setiap hari kita berangkat ke masjid untuk mengerjakan shalat isya dan qiyamul lail (tarawih), lalu mengapa anda tidak berniat untuk i'tikaf, walaupun hanya dari waktu isya hingga tarawih, atau hingga shalat subuh kemudian pulang. Mudah-mudahan hal tersebut bertepatan dengan lailatul qadr sehingga anda pun meraih keberuntungan yang besar."

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network