Banjir Mataram, Langkah Berani Walikota Diperlukan: Usul Keruk Kali dan Bongkar Toko Diatas Drainase

Purnawarman
Banjir Mataram, Langkah Berani Walikota Diperlukan: Usul Keruk Kali dan Bongkar Toko Diatas Selokan. iNewsLombok.id/Purnawarman

LOMBOK, iNewsLombok.id - Wakil Ketua DPRD NTB, H. Muzihir, menyampaikan keprihatinannya atas banjir besar yang melanda Kota Mataram baru-baru ini. Ia mengakui bahwa banjir kali ini merupakan yang terparah dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.

 

Meski hujan tidak terlalu lebat, luapan air tetap terjadi karena sistem drainase kota yang terganggu oleh aktivitas warga, seperti penggunaan saluran air sebagai tempat jualan dan parkir.

“Pertama saya mengapresiasi Gubernur dan Wali Kota yang cepat tanggap. Kedua, musibah ini tidak bisa diprediksi. Dalam sejarah saya 50 tahun, baru kali ini separah ini. Hujan tidak terlalu lebat,” ujarnya, Senin (9/7/2025).

Drainase Dijadikan Lahan Parkir dan Jualan, Solusi Harus Tegas

Muzihir menegaskan perlunya tindakan tegas dan berani dari Pemkot Mataram untuk menertibkan drainase yang telah dialihfungsikan. Ia menyebut kawasan seperti Sekarbela harus menjadi perhatian utama.

“Pasca banjir, apa yang bisa dilakukan Pemerintah Kota dibantu oleh Provinsi dan BWS? Kalau menurut pengawasan saya, harus ada keberanian Wali Kota menertibkan jalan-jalan yang ditutup oleh warga. Drainase jadi tempat parkir toko,” tegasnya.

Peninjauan Langsung: 14 Titik Krisis Teridentifikasi

Sebagai bentuk kepedulian, Muzihir mengaku telah melakukan peninjauan langsung ke 14 titik banjir paling parah di Kota Mataram. Ia menyoroti kawasan Kekalik dan Sekarbela sebagai daerah yang memerlukan pengerukan kali dan peninggian jembatan.

“Pantauan saya hari ini, di Sekarbela dan Kekalik, kali wajib dikeruk karena dangkal. Jembatan juga harus ditinggikan. Rumah warga Pak Ramli di atas kali juga harus dibongkar,” ujarnya.

Kebutuhan Mendesak Warga: Bukan Makanan, Tapi Peralatan Masak

Dalam tinjauan ke lapangan, Muzihir menemukan bahwa kebutuhan pangan pengungsi telah cukup. Namun, banyak warga membutuhkan perabotan rumah tangga seperti kompor dan panci yang hilang terseret arus banjir.

“Yang dibutuhkan sekarang seperti kompor, panci yang hanyut terbawa arus. Makanan sudah cukup di semua posko. Mereka lebih mengeluhkan perabot rumah tangga dan sebagian selimut,” jelasnya.

Penataan Ulang Pemukiman Jadi Prioritas

Muzihir mengusulkan agar segera dilakukan penataan ulang kawasan padat di Mataram untuk menghindari banjir berulang. Salah satu contohnya adalah Dasan Agung Kebon Sari yang telah memiliki akses jalan pinggir kali.

“BSW harus perbaiki rumah-rumah yang dibangun di atas selokan. Rata-rata dapur dan toilet diambil dari atas kali. Di Mojelok masih ada tanah 3-4 meter bisa dibuat jalan. Warga bisa membalik rumahnya menghadap kali,” sarannya.

Banjir Jadi Pengingat Pentingnya Perizinan Perumahan

Selain kawasan padat, Muzihir juga menyoroti perumahan elite yang tergenang air. Menurutnya, izin pengembangan kawasan tersebut perlu dievaluasi lebih ketat.

“Kalau perumahan, rata-rata yang elit itu tergenang. Kampung tua jarang. Ini perlu pengetatan perizinan,” tegasnya.

Dorongan untuk Langkah Tidak Populis Demi Keselamatan Warga

Sebagai solusi jangka panjang, Muzihir meminta agar Pemkot Mataram berani mengambil kebijakan tidak populer, termasuk membongkar toko-toko yang berdiri di atas saluran air.

“Di Sekarbela disana ada Wakil Wali Kota. Harus ada keberanian, memang tidak populis tetapi untuk jangka panjang. Di Sekarbela toko mas juga di atas selokan. Jangan takut bongkar,” pungkasnya.


Editor : Purnawarman

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network