LOMBOK, iNewsLombok.id - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr. Lalu Muhamad Iqbal, menekankan bahwa masih tersedia waktu cukup untuk memperbaiki sistem pendakian agar Gunung Rinjani menjadi destinasi yang aman sekaligus ramah lingkungan.
“Saya punya waktu beberapa tahun ke depan untuk membenahi. Sehingga at the end nanti, Rinjani itu menjadi tempat yang safe untuk didaki. Tapi alamnya juga tetap terkonservasi dengan baik,” terangnya saat menerima kunjungan penting dari tokoh-tokoh senior dunia mountaineering nasional di Ruang Kerjanya, Kamis (3/7/2025).
Kunjungan tersebut dihadiri oleh Disyon Toba, pendiri Consina sekaligus Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi untuk Vertical Rescue, serta Harry Suliztiarto, pendiri Federasi Panjat Tebing Indonesia dan Asosiasi Rope Access Indonesia.
Pertemuan ini menjadi momen strategis bagi Pemprov NTB untuk mengevaluasi tata kelola dan keselamatan pendakian di Gunung Rinjani, salah satu ikon wisata alam Indonesia.
Fokus utama pembenahan adalah pada standar operasional prosedur (SOP) vertical rescue dan ketersediaan peralatan darurat di jalur pendakian.
"Momentum ini harus dimanfaatkan untuk melakukan pembenahan menyeluruh terhadap sistem pendakian di Rinjani," tegas Gubernur Iqbal.
Komitmen Konservasi dan Keselamatan Gunung Rinjani
Salah satu rencana konkret yang diungkapkan adalah rencana penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan PT Amman terkait penggunaan helikopter untuk evakuasi darurat di kawasan Rinjani.
Namun demikian, Gubernur mengingatkan perlunya diskusi lebih lanjut karena helikopter yang dimiliki PT Amman belum dirancang khusus untuk evakuasi medis.
"Penggunaan helikopter itu perlu pembahasan lebih lanjut, mengingat unit yang dimiliki PT Amman tidak sepenuhnya didesain untuk keperluan evakuasi," jelasnya.
Usulan Rebranding dan Peralatan Keselamatan Pendaki
Disyon Toba menyampaikan pentingnya perubahan branding pendakian Rinjani dari istilah “trekking” menjadi “mountaineering”. Ia menilai, rebranding ini akan meningkatkan kesadaran wisatawan, khususnya dari mancanegara, mengenai medan berat dan tantangan fisik yang dihadapi.
"Perbedaan pemahaman kata tersebut dapat berdampak besar terhadap keselamatan dan kesiapan pendaki," katanya.
Senada dengan itu, Harry Suliztiarto mengusulkan pembentukan tim evakuasi internal di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Selama ini, tim SAR hanya berperan sebagai backup dan sering kali kewalahan dengan banyaknya tugas penyelamatan.
"Kami juga mengusulkan agar di beberapa jalur pendakian dipasang alat bantu keselamatan, seperti tali pengaman, untuk mempermudah dan melindungi para pendaki," ujarnya.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait