Hal senada juga disampaikan oleh Rektor Universitas Gunung Rinjani (UGR), Dr. Basri Mulyani, yang turut menyuarakan pentingnya laboratorium PCR hewan mandiri di NTB.
Ia menyoroti fakta bahwa selama ini, PAD dari pengujian PCR justru mengalir ke Provinsi Bali.
“Kalau PCR dilakukan di Bali, otomatis PAD yang dapat Bali. NTB harus punya sendiri dan punya regulasinya juga,” ujar Basri.
Basri mengingatkan bahwa NTB memiliki banyak tenaga ahli peternakan berkualitas, bahkan lulusan luar negeri, yang dapat diandalkan untuk mengelola laboratorium hewan secara profesional.
“Kita punya SDM lulusan Australia, ini harus dimanfaatkan oleh Gubernur NTB untuk memperkuat sektor peternakan dan kemandirian daerah,” tegasnya.
Selain mengangkat isu retribusi dan PAD, Basri juga menekankan bahwa ketersediaan laboratorium lokal akan mempercepat distribusi sapi ke Jawa serta meningkatkan kesejahteraan peternak NTB secara langsung.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait