iNewsLombok.id - The Name of Rose novel karya penulis Italia Umberto Eco, diterbitkan dalam bahasa Italia pada tahun 1980. Novel yang terjual lebih dari lima puluh juta eksemplar ini bercerita tentang misteri pembunuhan dan pencarian suatu kebenaran yang tersembunyi di biara Benediktin.
Biara yang dibangun tahun 1327 disebuah desa terpencil di Italia Utara yang biasanya tenang dan damai oleh doa para rahib dan novis itu dikejutkan oleh serangkaian kematian misterius. Biara yang sangat megah namun terlihat kumuh karena tidak terawat.
Di dalam biara ini juga terdapat lorong-lorong gelap dan ruang-ruang rahasia yang tak terduga yang ikut terungkap selama penyeledikan dibalik pembunuhan para rahib.
Berikut Ruang-ruang rahasia dalam novel The Name of The Rose:
Ruang Rahasia I: Menara Audefacium (hal: 40-41)
Aedificium merupakan perpustakaan labirin yang menjadi objek untuk mengungkap misteri dibalik serangkaian pembunuhan tersebut. Aedificium merupakan sebuah menara yang menyerupai sebuah kastil kuno yang terdapat di biara ordo benediktin.
Bangunan tersebut menjulang tinggi yang berderi di belakang gereja. banguna ini menjadi ruang rahasia karena dibawah bangunan tersebut, di dasar batu karang, mayat seorang rahib bernama Adelmo ditemukan tampa diketahui penyebab kematianya.
Seorang Fransiskan bernama William dari Baskerville yang ditemani muridnya yang seorang novis bernama Adso datang ke biara tersebut untuk mengikuti konferensi teologis yang sangat penting. Baru saja tiba di tempat ini, William menerima khabar bahwa beberapa hari yang lalu ada sebuah kematian misterius terjadi di biara ini.
William yang dikenal dengan logika berpikir deduktifnya serta kehebatan analisanya, diminta untuk menyelidiki kematian seorang illuminator muda yang diduga mati karena bunuh diri dengan cara melompat dari jendela menara Aedificium yang tinggi.
Untuk mengungkap penyebab kematian tersebut Sang Kepala Biara meminta tolong William untuk menyelidiki misteri kematian Adelmo. Dalam proses penyelikian tersebut William boleh berkeliling dan memasuki setiap ruangan yang ada di biara tersebut, akan tetapi William tidak diperbolehkan masuk ke Aedificium.
Padahal ruangan tersebut merupakan ruangan perpustakaan terlengkap. Hanya rahib yang bertugas diperpustakaan saja yang boleh memasukinya.
Abbas memperingatkan Willian untuk tidak memasukinya dengan alasan khawatir naskah-naskah kuno yang menjadi koleksi mereka menjadi rusak. Jelas alasan ini membuat William curiga, apalagi bangunan itu merupakan tempat yang paling ingin dia datangi untuk mengungkap penyebab kematian Adelmo.
Akhirnya William memutuskan untuk datang mengamati tempat mayat Adelmo itu ditemukan, dengan cepat William dapat menyimpulkan bahwa tidak mungkin illuminator muda itu bunuh diri, tetapi sengaja dibunuh. Tapi oleh siapa dan mengapa dia dibunuh, masih menjadi tanda tanya besar.
William kemudian mulai melakukan penyelidikan secara lebih mendalam. Selang dua hari kemudian, kematian misterius terjadi lagi. Kali ini sesosok mayat seorang sarjana Yunani yang bernama Venantius dari Salvemec.
Mayatnya ditemukan di dalam gentong penampung darah babi. Kedua kaki mayat itu menyembul ke atas sementara kepalanya tenggelam di dasar gentong.
Lagi-lagi kematinya mengarah ke perpustakaan yang berada di gedung Audeficium. Hal ini membuat William memutuskan untuk mendatangi Udefacium itu pada malam hari.
Ruang Rahasia II: Osarium (186-187)
Menuju Audefecioum William menghampiri kapel ketiga, sederet tengkorak dengan mata yang menjorok ke dalam membuat orang yang memandangnya dikuasai kengerian. William mengikuti arahan rahib yang bernama Alinardo, (tengkorak keempat di sebelah kanan, tekan kedua matanya).
Terdengar suatu altar bergerak berputar pada suatu pasak tersembunyi dan tampak suatu lorong. William menuruni dua belas anak tangga dan sebuah gang sempit yang kedua sisinya ada beberapa lubang relung horizontal.
Di dalam osarium tersebut terkumpul tulang belulang para rahib yang sudah berabad-abad lamanya. Menurut salah seorang rahib yang telah memceritakan ruangan tersebut kepada William tengkorak-tengkorak tersebuat sengaja diletakkan di tempat tersebut agar roh-roh para rahib menjaga perpustakaan tersebut agar tetap aman.
Suatu pemandangan yang mengerikan dalam permainan bayang-bayang lampu yang dibawa oleh William dan muridnya. Kondisi ruangan yang gelap gulita yang hanya diterangi oleh lampu yang mereka bawa membuat suasana di ruangan tersebut semakin mencekam.
Ruang Rahasia III: Lantai Terlarang (hal : 196-197)
Sutu Ruang yang terletak di menara Audeficium yang merupaka suatu ruang yang tidak terlalu luas yang memilki tujuh dinding, tetapi hanya empat yang mempunyai celah. Pada dinding-dinding buntu itu rak buku yang besar.
Merekapun memasuki salah satu celah yang ternyata mengantarkannya pada ruangan tersembunyi lainnya. Di dalam ruangan itu ada satu jendela yang daun jendelanya tidak terbuat dari kaca tetapi terbuat dari potongan-potongan pualam yang beraneka warna dengan dua dinding bantu dan satu celah.
Kemudian celah tersebut terdapat lagi ruangan lainnya dengan model yang sama seperti sebelumnya. Begitu seterusnya diruangan kedua, ketiga, dan keempat. Semua ruangan tersebut membentuk suatu labirin yang sangat rumit sehingga hamper membuat William dan muridnya tidak bisa keluar dari menara tersebut.
Ruang Rahasia IV: Ruangan Labirin Bercermin (199, 534)
Ruangan ini terdapat pada dia antara ruangan-ruangan lainnya. Adso membuka ruangan tersebut kemudian berteriak ketakutan.
Dia melihat sesosok raksasa bertubuh besar yang menghamprinya yang ternyata itu adalah bayangannya sendiri yang dipantulkan oleh sebuah cermin yang berukuran besar. Ruangan inilah yang kemudian memecahkan segala misteri pembunuhan yang terjadi di akhir novel ini.
Setelah kematian misterius lima orang rahib di biara tersebut yang belum juga terpecahkan dan siapa pelaku dari pembunuhan tersebut membuat Bruder William memutuskan memasuki perpustakaan yang berada di menara Audeficium itu kembali. Dia datang dengan membawa petunujuk-petunjuk lain kematian para rahib tersebut.
Petunjuk yang paling munkin adalah sebuah buku yang entah apa yang disembunyikan di dalamnya. Sebuah ruang Cermin, ruang ini terdapat diruang bawah tanah tepatnya diruang dapur.
Dibalik sebuah pearapian ternyata terdapat sebuah pintu rahasia. Ketika William dan muridnya di hari ke Enam mencoba memasuki ruangan tersebut untuk menyelamatkan sesorang yang terkurung di ruangan tersebut membuka pintu itu dan muncul dibalik perapian.
Kemudian terdengar suara sesorang memukul-mukul dinding. Merekapun berpikir untuk menyelamatkan orang berada dibalik dinding tersebut.
Mereka naik ke skriptarium kemudian melewati labirin hingga mereka sampai di ruangan yang bercermin yang ternyata di balik cermin tersebuat ada sebuah ruangan yang hanya di buka dengan sebuah kode rahasia. Setelah berhasil membuka kode tersebut William menemukan Jorge seorang laki-laki tua buta yang sangat di hormati dibiara tersebut.
Dan tampa di sangka-sangka dialah pelaku dari semua pembunuhan tersebut. Jorge menaburkan racun pada sebuah buku dibalik misteri pembunuhan tersebut.
Menyadari rahasianya telah terbongkar, Jorge kemudian melarikan diri melalui pintu-pintu rahasia dan lorong-lorong labirin yang sudah sangat dihafalnya. Di tempat persembunyiannya, Jorge merobek beberapa lembar halaman buku Aristoteles itu dan kemudian mengunyahnya dengan lahap.
Tujuannya adalah agar dia mati terkena racunnya sendiri. Selanjutnya Jorge melempar lilin agar perpustakaan besar ini terbakar sehingga ajaran-ajaran yang dianggapnya menyesatkan tidak akan menyebar kemana-mana.
Api kebakaran itu juga dia maksudkan untuk membakar mayatnya sendiri. Setelah kejadian kebakaran yang menghanguskan hampir seluruh biara tersebut Bruder William dan muridnya memutuskan untuk pergi dari tempat itu dan melanjutkan hidupnya masing-masing.
Semenjak itu pula kedamaian dan kejayaan biara benediktin lenyap seakan ikut terbakar yang kemudian meninggalkan puing-puing dan kisah misterinya.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait