Kecantikan paras wanita Sirkasia bahkan muncul dalam karya-karya sastra Eropa. Sebut saja seperti karya Voltaire dan Mark Twain.
Hingga kemudian menjadi pakem cover iklan produk kosmetik di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.Reputasi ini berawal dari kedatangan pelaut dari Genoa pada abad ke-15 ke pantai Sirkasia.
Dari merekalah muncul informasi tentang kecantikan wanita yang hidup di pegunungan ekstrim Kaukasus.
Namun sayangnya para Wanita ini kemudian diburu untuk menjadi budak dan harem, khususnya oleh Rusia dan Kerajaan Safawiah serta Qajar yang merupakan 2 dinasti besar dari tanah Persia.
Citra wanita Sirkasia kemudian naik derajatnya ketika sebagian dari mereka menjadi istri dari beberapa Sultan Turki Utsmani, Ottoman. Pada awal abad ke-19, Johann Friedrich Blumencach menyatakan teori “Hierarki Rasial”.
Bahwa orang-orang di wilayah Kaukasus adalah contoh ras kulit putih paling murni yang dinamai “caucasian race” atau ras kaukasia.
Namun ironisnya kecantikan para Wanita Sirksia menjadikan negeri mereka terkenal. Negerinya pun menjadi incaran para penjajah. Circassia yang dulunya adalah sebuah wilayah merdeka sebelum dicaplok oleh Rusia.
Perlawanan keras dari Sirkasia membuat Rusia melakukan Tindakan represif. Rusia melakukan genosida pada abad ke-19 yang menyebabkan 1,5 juta etnis ini tewas terbunuh. Sisanya melarikan diri ke wilayah Turki dan Suriah.
Saat ini populasi Sirkasia terdapat di Republik Adyghe dan Kabardian dengan populasi 700 ribu jiwa. Namun populasi terbesarnya justru berada di Turki, dimana jumlahnya mencapai hamper 3 juta jiwa.
Orang-orang Sirkasia mayoritas menganut agama Islam.
Inilah ironisnya negeri Sirkasia,kecantikan para wanitanya justru telah membuat negeri ini hidup menederita.
Cantik itu luka, begitulah kondisi Sirkasia, seperti judul novel karya Eka Kurnia
Artikel ini telah tayang di halaman iNewsSurabaya dengan judul " Negeri Ini Dijajah dan Menderita Karena Para Wanitanya Terlalu Cantik "
Editor : Purnawarman