Konflik Agraria Melonjak 295 Kasus, Negara Diminta Hadir Melindungi Rakyat
LOMBOK, iNewsLombok.id – Serikat Tani Nelayan (STN) kembali mengingatkan ancaman serius yang kini membayangi ekonomi Indonesia. Mereka menilai situasi perekonomian nasional saat ini tengah dirusak oleh praktik yang disebut sebagai “serakahnomics”, istilah yang sebelumnya dipopulerkan Presiden Prabowo untuk menggambarkan kondisi ketika kekayaan alam dan ruang hidup masyarakat terkonsentrasi di tangan elit, oligarki, kepentingan asing, serta perilaku koruptif yang sistematis.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Umum PP STN, Ahmad Rifai, saat membuka Kongres IX STN di Lapangan Desa Kemitir, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Rifai, yang dikenal sebagai “Pai asal Masbagik Lombok Timur”, menegaskan bahwa meskipun sejumlah indikator ekonomi nasional tampak membaik, kondisi itu belum benar-benar menjawab persoalan mendasar yang dialami masyarakat desa, terutama petani dan nelayan.
Rifai mengutip data yang menunjukkan kenaikan nilai tukar petani sebesar 13,54 persen serta penurunan angka kemiskinan sebesar 0,10 persen. Namun, menurutnya, angka positif itu masih jauh dari cukup.
“Data itu terlihat baik, tetapi tidak menyentuh akar persoalan rakyat. Petani dan nelayan masih terancam kehilangan ruang hidupnya,” tegas Rifai dalam pidatonya pada Sabtu, 15 November 2025.
Ia menilai bahwa ancaman serakahnomics semakin terasa dengan meningkatnya eksploitasi sumber daya alam, meningkatnya dominasi modal asing dalam pengelolaan tanah dan wilayah perairan, hingga meluasnya kendali elit ekonomi terhadap komoditas pangan strategis. Kondisi ini membuat kelompok petani dan nelayan berada pada posisi semakin terpinggirkan.
“Sumber daya yang mestinya menjadi penopang hidup rakyat justru dikuasai segelintir orang,” ujarnya.
Editor : Purnawarman