BUMD NTB Terus Rugi? Ini 5 Solusi Strategis dari Akademisi Ekonomi Nasional

“BUMD jangan terlalu melebar ke sektor yang tidak sesuai kompetensinya. Jika perlu, unit usaha yang merugi dihentikan agar tidak terus menjadi beban,” tegasnya.
Struktur organisasi yang gemuk dan belanja tidak efisien membuat arus kas banyak BUMD negatif.
“Restrukturisasi utang dan efisiensi belanja sangat penting agar arus kas kembali positif,” tambahnya.
Keunggulan BUMD seharusnya ada pada pemahaman mendalam terhadap karakteristik pasar lokal.
Edo menyarankan skema kolaborasi dengan swasta untuk mendatangkan modal dan keahlian.
“Melalui PPP, BUMD bisa mengakses modal, teknologi, dan efisiensi manajemen dari swasta,” katanya.
Adaptasi teknologi dinilai penting agar BUMD tak tertinggal di era digital, terutama untuk layanan pelanggan, billing system, hingga pelaporan keuangan.
Selain reformasi internal, Edo menekankan pentingnya dukungan eksternal dari Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota, terutama dalam pengawasan dan penunjukan pimpinan BUMD.
"Pemerintah daerah perlu memperkuat pengawasan, memberikan insentif berbasis kinerja, serta menghindari intervensi politik dalam penunjukan direksi BUMD," ungkapnya.
Intervensi politik yang terlalu dominan dalam proses rekrutmen direksi BUMD kerap mengorbankan profesionalitas dan akuntabilitas, yang akhirnya berimbas pada buruknya kinerja perusahaan.
Hingga saat ini, sejumlah BUMD di NTB seperti PT Gerbang NTB Emas dan beberapa PDAM kabupaten/kota masih menghadapi tekanan finansial dan tata kelola yang belum optimal. Masalah klasik seperti piutang macet, inefisiensi pengelolaan aset, dan minimnya inovasi layanan menjadi persoalan yang terus membayangi.
"BUMD yang sehat akan menjadi pilar penting dalam pembangunan daerah. Tapi kalau terus merugi dan dibiarkan, justru menjadi beban fiskal yang menggerogoti kepercayaan publik," pungkas Edo.
Maka, reformasi struktural dan transformasi digital bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan mendesak untuk memastikan BUMD NTB tidak lagi menjadi “lubang anggaran”, melainkan pendorong utama kemandirian fiskal daerah.
Editor : Purnawarman