get app
inews
Aa Text
Read Next : Pelita Putra: Efisiensi OPD Tak Boleh Mengorbankan Kualitas Pelayanan

Dr. Alfisahrin: Tindakan Gubernur NTB Melerai Perkelahian Bisa Jadi Bagian Agenda Setting

Senin, 19 Mei 2025 | 21:17 WIB
header img
Dr. Alfisahrin: Tindakan Gubernur NTB Melerai Perkelahian Bisa Jadi Bagian Agenda Setting. dok

LOMBOK, iNewsLombok.id — Aksi Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal yang turun langsung melerai perkelahian dua pemuda di kawasan wisata Pusuk, Sembalun, Lombok Timur, Minggu (19/5/2025), menuai beragam tanggapan.

Salah satunya datang dari pengamat politik NTB, Dr. Alfisahrin, yang menilai bahwa tindakan tersebut patut diapresiasi, namun juga perlu dikaji dari sisi komunikasi politik dan strategi pencitraan.

"Menurut saya aksi heroik Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal melerai dua pemuda yang berkelahi di Pusuk harus dilihat secara sosial dan politik. Tindakan spontanitas yang merefleksikan kepedulian, kemanusiaan dan tanggung jawab moral sebagai seorang pemimpin. Jadi kalau dibaca dari sisi sosial, tindakan tersebut natural dan patut dipuji," ujarnya, Senin (20/5/2025).

Namun, ia menambahkan bahwa dalam konteks politik kontemporer, aksi tersebut juga bisa masuk dalam bingkai agenda setting atau strategi penguatan citra yang biasa digunakan oleh aktor politik untuk membangun kesan sebagai pemimpin yang responsif terhadap persoalan masyarakat.

"Jika dilihat dari sisi politik, ada yang dikenal dengan agenda setting, tindakan dan aksi politik aktor bisa saja sudah direncanakan sebelumnya sebagai upaya meraup citra politik dan impresi sebagai pemimpin publik yang sigap dan peduli pada urusan rakyat kecil," tegasnya.

Dimensi Politik Citra dan Branding Publik

Alfisahrin juga mengaitkan kejadian ini dengan teori Dramaturgi Politik yang dikemukakan oleh Erving Goffman.

Dalam teori tersebut, aksi-aksi publik seorang pemimpin dapat menjadi bagian dari strategi panggung (front stage) untuk menciptakan narasi positif dan memperkuat persepsi publik.

"Tidak boleh dihindari juga, di era branding politik modern, aksi-aksi populis kepala daerah sebagai tokoh banyak dinilai publik sebagai aksi gimmick dan pencitraan. Sah-sah saja. Ini yang disebut Ervin Goffman sebagai dramaturgi politik," tambah Alfisahrin.

Kritik terhadap Gaya Komunikasi Politik Iqbal

Lebih lanjut, Alfisahrin menyebut bahwa Gubernur Iqbal saat ini sedang dalam sorotan publik atas sejumlah kebijakan, mulai dari isu meritokrasi, pendekatan organisasi, hingga gaya komunikasi politiknya yang dinilai masih tertutup.

"Apalagi saat ini Pak Iqbal tengah banyak disorot terkait sejumlah kebijakan dari urusan meritokrasi hingga arsitektur komunikasi politiknya yang dinilai eksklusif dan belum settle dengan banyak timnya," katanya.

Menurutnya, membaca gerak-gerik politik seorang kepala daerah harus melibatkan pendekatan semiotik, bukan semata hitam putih.

Ia menyarankan publik untuk tidak sekadar terpukau oleh aksi panggung, namun juga melihat bagaimana gestur dan simbol politik diatur dari balik layar.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika NTB, Yusron Hadi, saat dikonfirmasi, membenarkan kejadian tersebut. Ia menyebut tindakan Gubernur merupakan bentuk refleks kemanusiaan.

"Betul. Saat beliau turun melihat keindahan Pusuk Sembalun dalam kunjungan Menhut kemarin, tiba-tiba ada saudara kita yang tengah berjualan di sana berkelahi," terang Yusron.

Menurut Yusron, Gubernur Iqbal secara spontan langsung turun tangan untuk meredam ketegangan antara para pedagang.

Politik Simbolik di Era Digital

Fenomena politisi yang melakukan aksi langsung di hadapan publik untuk menarik simpati bukan hal baru.

Dalam konteks NTB, ini menjadi menarik karena dilakukan dalam situasi informal, di tempat wisata, dan terekam serta tersebar cepat melalui media sosial. Hal ini mempercepat kapitalisasi citra dan menjangkau lebih banyak konstituen secara emosional.

Gubernur Iqbal sendiri belum memberikan tanggapan apakah aksi tersebut bagian dari strategi komunikasi atau murni spontanitas.

Namun, pengamat meminta publik dan media tidak larut dalam euforia simbolik tanpa mengevaluasi substansi kepemimpinan secara keseluruhan.

Aksi Gubernur Iqbal di Pusuk menuai pujian sekaligus analisa kritis. Di satu sisi, ia menunjukkan sisi kemanusiaan sebagai pemimpin.

Namun di sisi lain, tindakan tersebut juga bisa dikaitkan dengan narasi politik dan pembentukan citra di ruang publik. Inilah tantangan pemimpin di era demokrasi visual: bagaimana menjaga otentisitas tanpa terjebak dalam panggung pencitraan semata.

Editor : Purnawarman

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut