get app
inews
Aa Text
Read Next : Duet Ruslan-Normal di Pilbup Loteng: Agresif dan Lemah Lembut, Gali Gagasan dan Pikiran dari Rakyat

UII Jogja Diskusi Gerakan Boikot di NW Yanmu Loteng: Boikot Tanpa Kriteria Jelas, Rawan Ditunggangi

Kamis, 12 September 2024 | 08:49 WIB
header img
UII Jogja Diskusi Gerakan Boikot di NW Yanmu Loteng: Boikot Tanpa Kriteria Jelas, Rawan Ditunggangi.ist

LOMBOK TENGAH, iNewsLombok.id - Akademisi Universitas Islam Indonesia (UII) Yusdani menilai bahwa gerakan boikot, divestasi, sanksi (BDS) lebih berdampak ke dalam negeri. Terlebih, gerakan ini juga rawan ditunggangi oknum untuk mencari keuntungan pribadi. 

"Dalam perspektif Islam yang saya pahami, ketika kita melakukan boikot itu betul-betul harus dipertimbangkan segala sesuatunya, terutama barangkali aspek keadilan sosial," ungkap Yusdani dalam sebuah diskusi dengan tema: “Dampak Sosial dan Ekonomi Gerakan Boikot terhadap Perusahaan dan Pekerja di Indonesia,” yang berlangsung di Madrasah YANMU NW Praya (9/9/2024). 

Direktur Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM) UII Yogyakarta ini melanjutkan, boikot lebih berdampak ke dalam negeri karena mengganggu arus ekonomi nasional.

Dia mengatakan, pekerja perusahaan yang disebut-sebut terafiliasi oleh Israel berpotensi terkenal efisiensi akibat dampak dari boikot dimaksud.

"Jadi kita mau mau melemahkan Israel (melalui boikot) tapi sebenarnya justru yang kena dampaknya perekonomian bangsa Indonesia sendiri," katanya. 

Meski demikian, Yusdani menjelaskan bahwa bukan berarti boikot itu tidak harus dilakukan. Menurutnya, masyarakat hanya harus lebih hati-hati karena gerakan ini rawan disusupi oknum tertentu untuk kepentingan pribadi.

Dia melanjutkan, jangan sampai gerakan ini justru malah merugikan perusahaan yang jelas-jelas sudah banyak membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. 

"Makanya saya berharap kepada masyarakat terutama masyarakat muslim untuk menyikapi boikot ini secara cerdas," katanya. 

Disaat yang bersamaan, Yusdani juga meminta pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) lebih jelas mengungkapkan perusahaan atau produk mana saja yang terafiliasi Israel. Hal ini agar tidak ada korban dari oknum yang memanfaatkan momentum baik ini.

"Tidak pernah MUI itu menjelaskan perusahan/produk mana yang terafiliasi Israel. Tapi begitu fatwa keluar, akhirnya keluar beberapa produk yang dituduhkan (terafiliasi)," katanya. 

Yusdani mengungkapkan, keberadaan daftar liar perusahaan yang diduga terafiliasi ini menjadi bukti jelas bahwa gerakan yang awalnya ditujukan untuk melemahkan ekonomi Israel, telah ditunggangi oknum tidak bertanggung jawab. Menurutnya, boikot ini kemudian menjadi salah sasaran.

"Saya kira kalau boleh memilih antara boikot dengan menyumbang, ya sumbang saja apa yang kita bisa karena lebih konkret dan kita tidak cuap-cuap saja karena ini (boikot) menurut saya banyak muatan politisnya daripada literasi umat," tutupnya.

Editor : Purnawarman

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut