Namun, penolakan muncul dari sebagian kalangan karena dianggap dapat mengurangi kesakralan gunung yang telah lama menjadi pusat spiritual masyarakat Sasak dan juga tempat ritual adat pekelem (upacara adat di Danau Segara Anak).
Selain itu, ada kekhawatiran kereta gantung akan memicu eksploitasi berlebihan terhadap ekosistem Rinjani, yang selama ini dikenal sebagai salah satu Geopark Dunia UNESCO.
Rinjani sebagai Identitas Budaya dan Wisata Religi
Gunung Rinjani bukan hanya ikon pariwisata, tetapi juga identitas budaya dan spiritual masyarakat Lombok. Di beberapa desa adat, masih ada tradisi yang mengaitkan Rinjani dengan legenda dan kepercayaan leluhur, seperti kisah Dewi Anjani yang diyakini sebagai penjaga gunung.
Karena itu, Lalu Pelita meminta agar pemerintah dan investor yang akan membangun kereta gantung tidak mengabaikan nilai-nilai sakral tersebut.
Ia menyarankan adanya dialog intensif dengan tokoh adat, budayawan, dan masyarakat lokal sebelum proyek berjalan lebih jauh.
“Jika pembangunan kereta gantung hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi tanpa memikirkan aspek sosial dan budaya, maka yang kita khawatirkan adalah hilangnya identitas Rinjani sebagai warisan spiritual masyarakat Sasak,” tambahnya.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait