MATARAM, iNewsLombok.id - Mantan Wakil Ketua DPR RI yang juga Wakil Ketua DPN (Dewan Pimpinan Nasional) Partai Gelora Fahri Hamzah menyebut bahwa yang melatar belakangi pejuang palestina menyerang paska PM (Perdana Mentri) Israel Netanyahu pidato sinis di sidang PBB.
Dalam pidatonya bahwa perdamaian bisa diraih tampa kehadiran palestina dan mengakui hanya satu negara yakni Israel.
"Saya menonton beberapa pekan yang lalu pidato Netanyahu di PBB. Saya sama sekali tidak berkomentar atas keganjilan keganjalan besar yang diucapkan dalam pidato itu," bunyi Fahri di status facebook pribadinya @Fahrihamzah.
Bayangkan Netanyahu ceroboh sekali mengajukan proposal bahwa perdamaian bisa ditegakkan tanpa ada Palestina. Baginya saat itu, dengan congkak nya ia mengatakan bahwa “keberkahan perdamaian” hanya ada dengan mengakui hanya satu negara bernama Israel.
Selanjutnya Fahri mengakui bahwa tidak ingin mengomentarinya sebab itu hanya provokasi kosong.
"Saya tidak berkomentar pada waktu itu murni karena saya tahu bahwa provokasi ini adalah omong kosong. Dan saya tahu di ruang sidang PBB itu tidak ada yang bertepuk tangan kepadanya kecuali beberapa penonton sewaan di Balkon yang saya lihat bertepuk seperti robot,"tegas Fahri.
"Lalu tiba tiba, kemarin kita menyaksikan para pejuang negeri yang bertuah itu melakukan serangan besar besaran untuk menunjukkan kepada dunia bahwa eksistensi mereka tidak bisa dihilangkan begitu saja.
"Provokasi tentara Israel dan para pemimpin Zionis macam Netanyahu telah berbayar sebuah aksi para pejuang yang menunjukkan bahwa darah mereka masih ada dan mengalir sampai kapanpun di tanah mereka. Tumpah darah tidak ada masalah karena hidup mereka adalah untuk negeri yang mereka cintai.
Kita bangsa Indonesia, seperti amanat Bung Karno, berhutang kepada bangsa Palestina sebuah hutang kemerdekaan yang tidak mungkin bisa kita bayar sampai Palestina merdeka.
Selain itu Fahri menyebut bahwa sepertinya peristiwa yang terjadi saat penyerangan roket-roket pejuang palestina ke Israel hampir mirip dengan saat Belanda ingin kembali menguasai Indonesia saat baru menyatakan kemerdekaannya.
"Demikianlah kelakuan semua penjajah, termasuk penjajah kolonial Belanda. Pasca agresi militer II yang berlangsung sepanjang Desember 1948, Belanda terus meyakinkan PBB bahwa Indonesia telah tiada seluruh pemimpin sipil nya telah menyerah dan seluruh tentaranya sudah hancur dan cerai Berai,"tulis Fahri.
Maka tidak ada lagi yang bernama Indonesia. Karena itu Belanda meminta agar Indonesia sebagai tanah jajahan harus dikembalikan kepada mereka seperti sediakala.
Berita berita propaganda Belanda ini telah membuat para pemimpin TNI khususnya panglima besar Jenderal Sudirman memikirkan sesuatu yang dapat menyentak dunia bahwa propaganda Belanda yang menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 telah tiada dan tentara nasional Indonesia telah mati harus dijawab dengan jawaban yang telak.
Maka dirancanglah sebuah serangan umum yang sangat terkenal terjadi pada 1 Maret 1949. Terlepas dari kontroversi yang muncul kemudian tapi serangan umum ini telah menciptakan guncangan besar di dunia dan memaksa Belanda duduk di meja perundingan.
"Saya tidak mengerti apakah peristiwa ini telah menginspirasi bangsa Palestina atau tidak. Tetapi apa yang kemarin kita saksikan sepertinya memiliki jejak yang sama dalam ingatan sebuah bangsa yang merindukan kemerdekaan,"bunyinya
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait