MATARAM, iNewsLombok.id - Anggota Komisi V DPR RI Suryadi Jaya Purnama menyoroti lemahnya koordinasi diinternal BUMN menyebabkan akses Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) ke Jalan Tol dan Jalan utama saat ini belum dirampungkan Pemerintah, terutama untuk Stasiun Karawang.
"Kita menyayangkan lemahnya koordinasi di dalam Kementerian BUMN sehingga antara Menteri dan Wakil Menteri tidak sama persepsinya. Hal ini menunjukkan lemahnya perencanaan proyek KCJB. Dimana pada saat awal proyek berjalan, BUMN yang bertanggung jawab tidak sesuai dengan bidangnya,"tegas SJP Sabtu (5/8/2023) melalui pesan tertulisnya.
SJP menyebut penyebabnya antara lain adalah studi kelayakan proyek belum mencantumkan penjadwalan akuisisi lahan, sehingga penyelesaian proyek sulit diprediksi, biaya pembebasan lahan yang hanya memperkirakan panjang trase dan harga petak tanah yang berada di lintasan sehingga, luas lahan yang dibebaskan lebih besar dari rencana, banjir yang melanda beberapa lokasi di sepanjang jalur proyek, membuat sistem drainase harus ditata ulang, dan lain-lain.
"Kami sendiri mengamati bahwa ternyata proyek KCJB ini bukan satu-satunya proyek kereta yang bermasalah. Proyek LRT juga ditengarai memiliki sejumlah masalah dalam desain awal dan juga spesifikasi kereta yang berbeda-beda," ungkapnya Anggota FPKS ini.
Sehingga menyebabkan rumitnya integrasi sistem perkeretaapiannya dan berpotensi menyebabkan mundurnya jadwal operasional. "Dengan banyaknya masalah yang terjadi di proyek KCJB ini, kami meminta agar Pemerintah berhenti membuat kegaduhan dan saling menyalahkan,"tegasnya DPR RI Dapil NTB 2 Pulau Lombok.
Sebaiknya, Pemerintah fokus pada solusi operasional KCJB yang akan di launching bulan Agustus ini. Pemerintah harus mengantisipasi segala hal agar keselamatan dan kelancaran perjalanan penumpang terjamin.
"Jangan sampai ada pembangunan yang tertinggal lagi,"tegasnya.
Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, lambannya penyelesaian infrastruktur pendukung berupa akses jalan dari dan menuju Stasiun Karawang lantaran pembangunan baru difokuskan di Stasiun Padalarang dan Tegalluar. Di pihak lain, Wakil Menteri I BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengaku geram dengan PT KAI (Persero), lantaran akses stasiun KCJB ke jalan tol dan jalan utama tersebut baru dibangun pada akhir November 2022 dan baru selesai akhir tahun ini.
Otomatis, pembangunan akses jalan tersebut menjadi lamban, tidak sinkron dengan operasional KCJB yang akan diresmikan Agustus tahun 2023 ini. Seperti diketahui konsorsium BUMN Indonesia untuk KCJB dengan nama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) terdiri dari PT Wijaya Karya (kepemilikan Saham 38%), PT Kereta Api Indonesia (25%), PT Jasa Marga ( 12%), dan PT Perkebunan Nasional VIII (25%). PTPN VIII dan Jasa Marga jelas memiliki Core Business yang jauh berbeda dengan bisnis KCJB memiliki total saham hampir 40% dalam konsorsium BUMN PT.PSBI.
Sedangkan PT. KAI sebagai pemilik Core Business yang sesuai malah hanya memiliki 25% saham di Konsorsium. Walaupun saat ini dengan PMN yang diberikan pada PT. KAI menempatkan PT. KAI sebagai pemimpin konsorsium tetapi perancangan awal konsorsium ini terlihat bahwa proyek ditangani oleh BUMN yang bukan ahli di bidang Perkeretaapian.
Kekacauan pelaksanaan proyek ini juga telah menyebabkan pembengkakan biaya sebesar 1,2 miliar dollar AS atau setara Rp 18 triliun (kurs rupiah Rp 15.000).
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait