Bekerja keras adalah habitat Imam. Sewaktu masih duduk di bangku SD pun, dia sudah terbiasa menukar waktu bermainnya, untuk memilih bekerja dan menghasilkan uang. Orang tuanya memang mendidiknya demikian.
“Saya memang dididik berbeda oleh almarhum ayah. Sejak waktu SD, saya kalau mau ada uang, maka saya harus bekerja,” kata Iman.
Pemuda 37 tahun ini, lahir dan besar di Kota Bima. Namun, ayahnya, Saripan, adalah perantau di sana.
Iman anak paling bontot dari tiga bersaudara. Saat kedua orang tuanya merantau ke Bima di era 1980-an, dua kakak Iman masih kecil-kecil.
Iman menuturkan, ayahnya tidak tamat sekolah dasar. Datang ke bima pun untuk menjadi tukang tambal ban. Dari tambal ban, ayahnya membuka bengkel.
Melayani ganti dan tambah oli. Lalu berkembang lagi dan membuka usaha vulkanisir ban, yakni usaha ban bekas yang dilapisi dengan kompon baru sehingga terlihat seperti ban baru.
Usaha yang diberi nama Ulet Jaya itu, melayani ban vulkanisir untuk truk dan kendaraan pikap. Semenjak masih SD, Iman sudah membantu seluruh pekerjaan ayahnya. Mulai dari tambal ban, ganti dan tambah oli, hingga vulkanisir ban.
Hal yang dia lakukan hingga duduk di bangku sekolah menengah atas. Tangan dingin ayahnya, membuat Ulet Jaya semakin berkembang. Seiring perkembangan usaha itu, ekonomi keluarga Iman pun membaik.
Editor : Purnawarman