Uniknya Tradisi Compo Sampari, Saat Anak Dompu Disematkan Keris Sebelum Dikhitan
DOMPU, iNewsLombok.id - Di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), terdapat tradisi unik yang terus dilestarikan hingga kini, yaitu Compo Sampari — prosesi penyematan keris kepada anak laki-laki yang akan menjalani khitan atau sunat. Keris dalam tradisi ini melambangkan keberanian, kekuatan, dan kemandirian seorang laki-laki Dompu yang akan memasuki fase kedewasaan.
Anak laki-laki berusia sekitar 9–10 tahun yang hendak disunat dianggap akan segera beranjak menjadi manusia dewasa. Karena itu, nilai-nilai kesatria, tanggung jawab, serta karakter Islami ditanamkan sejak dini melalui simbolisme penyematan keris.

Penyematan keris biasanya dilakukan oleh tokoh masyarakat atau tokoh agama yang dihormati. Prosesi ini disertai pembacaan sholawat dan doa keselamatan agar anak yang akan dikhitan mendapat berkah, keberanian, dan menjadi pribadi yang kuat.
“Saya selalu suka menghadiri acara-acara seperti ini. Bagian dari menjaga dan merawat tradisi lokal ke-Islaman di tanah Dompu,” ujar Akhdiansyah, tokoh masyarakat sekaligus anggota DPRD NTB asal Dompu, yang dipercaya keluarga untuk menyematkan keris pada salah satu anak yang akan dikhitan.
Tradisi Compo Sampari bukan sekadar seremoni, melainkan simbol harmonisasi antara Islam dan budaya lokal di tanah Dompu. Kedua unsur tersebut berpadu dalam napas kehidupan masyarakat sehari-hari.
Editor : Purnawarman