USD50 Juta Digelontorkan Israel untuk Kampanye Digital di Google dan X Bantah Kelaparan Gaza

Puluhan iklan menampilkan video pasar Gaza yang ramai dan restoran yang beroperasi untuk membantah temuan IPC (Integrated Food Security Phase Classification) yang disponsori PBB. IPC sebelumnya menyatakan Gaza menghadapi bencana kelaparan ekstrem akibat blokade dan operasi militer.
Pada hari yang sama ketika IPC merilis laporan awal, Kementerian Luar Negeri Israel meluncurkan kampanye video multibahasa di YouTube, menampilkan kondisi Gaza yang terlihat normal. Video tersebut ditonton lebih dari 30 juta kali, sebagian besar berkat promosi berbayar melalui Google Ads.
Tidak hanya menyangkal isu kelaparan, iklan Israel juga menyerang kritikus internasional. Misalnya:
UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, dilabeli sebagai “kedok Hamas”.
Francesca Albanese, pelapor khusus PBB untuk Palestina, diserang lewat iklan di Eropa dengan label anti-semit karena mengkritik kebijakan Israel.
Pengguna internet di Eropa, khususnya di Belgia, Inggris, Denmark, Swedia, dan Jerman, yang mencari kata kunci tentang Gaza diarahkan ke situs resmi pemerintah Israel. Dengan strategi ini, opini publik diarahkan agar meragukan laporan independen internasional.
Strategi Lama: Israel Gunakan Google & Meta Sejak 2018
Investigasi juga mengungkap bahwa sejak 2018, Lapam sudah menggunakan iklan Google dan Meta untuk mengangkat narasi pemerintah Israel.
2024: lebih dari 2.000 iklan disponsori Lapam, 900 untuk audiens domestik, 1.100 untuk audiens internasional.
2025 (hingga September): lebih dari 4.000 iklan dipublikasikan, setengahnya untuk audiens global.
Sejumlah lembaga HAM menilai langkah Israel ini sebagai bentuk perang informasi atau propaganda digital. Sementara itu, pihak Google hingga kini belum memberikan tanggapan resmi atas temuan Eurovision terkait iklan pemerintah Israel.
Editor : Purnawarman