Menhut Apresiasi Tim Evakuasi Pendaki Asal Brasil di Rinjani, Komitmen Tingkatkan SOP Wisata Alam

Dalam pidatonya, Menteri Raja Juli menegaskan bahwa peristiwa ini menjadi momentum untuk mengevaluasi standar operasional prosedur (SOP) dalam aktivitas wisata berbasis alam dan konservasi.
“Saya tidak ingin berbisnis dengan nyawa manusia. Salah satunya yang memungkinkan untuk kita minimalisir agar tidak lagi terjadi adalah memperketat SOP pendakian kita, dan memperbaiki sarana dan prasarana kita,” tegasnya.
Pemerintah melalui Kementerian Kehutanan akan menggandeng Basarnas, relawan, TNI/Polri, dan pemerintah daerah untuk menyusun protokol keselamatan baru, termasuk kewajiban pemandu pendakian, sistem pelaporan berbasis aplikasi, dan pos darurat yang permanen di jalur pendakian utama.
Menhut Raja Juli juga menekankan bahwa pengelolaan Taman Nasional sebagai kawasan konservasi harus menjunjung tinggi keselamatan manusia.
Ia pun menginstruksikan seluruh jajaran Kemenhut untuk melakukan perbaikan menyeluruh terhadap SOP pendakian, termasuk meningkatkan kapasitas pelatihan petugas lapangan, penyediaan alat komunikasi darurat, dan edukasi keselamatan bagi wisatawan.
“Taman Nasional ada dalam otoritas kita, maka tentu Kementerian Kehutanan memiliki tanggung jawab moral yang paling besar,” pungkasnya.
Gunung Rinjani merupakan salah satu destinasi pendakian unggulan di Indonesia dengan jumlah pengunjung lebih dari 100.000 orang per tahun, termasuk wisatawan mancanegara. Peristiwa yang menimpa Juliana Marnis mempertegas pentingnya tata kelola risiko di destinasi wisata alam berisiko tinggi.
Pemerintah juga tengah menyiapkan sistem pelaporan digital berbasis satelit agar setiap pendaki dapat dimonitor secara real-time, terutama di zona rawan seperti jalur Pelawangan dan Danau Segara Anak.
Editor : Purnawarman