Tertahan Kabut Tebal, Helikopter Gagal Mendarat di Lokasi Jatuhnya Pendaki Brasil di Rinjani

LOMBOK, iNewsLombok.id - Upaya evakuasi terhadap warga negara asing (WNA) asal Brasil yang jatuh di kawasan Cemara Nunggal, jalur pendakian menuju Puncak Gunung Rinjani, masih terus berlangsung.
Proses penyelamatan dilakukan oleh tim gabungan menggunakan teknik vertical rescue mengingat lokasi jatuhnya korban berada di medan terjal dan sulit dijangkau.
"Pagi ini, kegiatan difokuskan pada penurunan langsung menuju lokasi korban menggunakan teknik vertical rescue, meskipun medan tebing dan cuaca masih menjadi tantangan besar," tulis akun resmi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TGNGR), Rabu (24/6/2025).
Jika kondisi cuaca dan medan tetap menyulitkan, tim SAR telah menyiapkan opsi evakuasi alternatif melalui jalur Danau Segara Anak yang memiliki akses lebih landai, meskipun memerlukan waktu tempuh yang lebih panjang.
Sebanyak 48 personel penyelamat dari berbagai instansi dan komunitas dilibatkan dalam misi penyelamatan ini. Unsur yang tergabung antara lain Basarnas, Unit SAR Lotim Brimob, Polisi Kehutanan (Polhut), EMHC, Lorax, porter lokal, hingga tim relawan Rinjani Squad.
Dukungan logistik tambahan juga sudah disalurkan untuk menopang operasional evakuasi selama dua hari ke depan.
"Bersyukur sore ini, 7 orang rescuer berhasil mendekati titik korban namun harus melakukan flying camp karena hari mulai gelap. Sementara itu, uji coba bantuan udara melalui helikopter belum berhasil maksimal akibat kabut tebal di sekitar lokasi," tambah TNGR.
Kegiatan penyelamatan ini mendapatkan perhatian serius. Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Brigjen Marinir Edy Prakoso bersama perwakilan Kedutaan Besar Brasil di Indonesia ikut hadir di Posko Resort Sembalun untuk memantau langsung proses evakuasi.
Evaluasi dan koordinasi lintas instansi terus dilakukan untuk memastikan proses evakuasi berlangsung aman, cepat, dan efisien.
Gunung Rinjani yang menjulang setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut, merupakan gunung berapi aktif tertinggi kedua di Indonesia. Medan yang ekstrem, cuaca tak menentu, serta minimnya akses komunikasi menjadi tantangan utama dalam setiap misi penyelamatan, terutama pada ketinggian di atas 2.500 mdpl seperti Cemara Nunggal.
Editor : Purnawarman