get app
inews
Aa Text
Read Next : KNPI NTB Netral di Pilkada Serentak 2024: Tak Mendukung ke Salah Satu Kandidat

Generasi Muda Menjadi Penentu Kemenangan di Pilgub NTB 2024

Senin, 18 November 2024 | 00:47 WIB
header img
Edo Segara Gustanto (Foto: Dok Pribadi)

Edo Segara Gustanto

Peneliti di Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM) Yogyakarta

 

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 menjadi ajang yang dinanti-nantikan oleh masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB), termasuk Pemilihan Gubernur (Pilgub). Sebagai salah satu provinsi dengan dinamika politik yang cukup menarik, NTB sering kali menjadi barometer pergeseran preferensi politik di kawasan Timur Indonesia. Dengan jumlah pemilih yang signifikan dan komposisi sosial yang beragam, NTB menyimpan potensi menentukan arah kebijakan politik nasional, terutama dalam kontestasi kepala daerah.

NTB dikenal dengan masyarakatnya yang religius, mayoritas penduduknya berafiliasi dengan Islam, dan budaya lokal yang kental memengaruhi pola pikir politik. Sebagai basis politik sejumlah partai besar, seperti PKS, Gerindra, dan PPP, peta suara di NTB kerap kali mencerminkan pengaruh kombinasi agama dan etnisitas. Calon kepala daerah yang mampu menyentuh aspek tersebut biasanya mendapatkan dukungan luas.

Namun, Pilkada 2024 menghadirkan tantangan baru. Dinamika politik nasional dan efek kebijakan pemerintahan sebelumnya akan memengaruhi preferensi masyarakat. Peran generasi muda NTB, yang semakin kritis dengan akses informasi digital, juga akan membentuk konfigurasi suara baru. Isu-isu seperti pendidikan, ekonomi, infrastruktur, dan pemberdayaan perempuan diperkirakan menjadi agenda utama yang diperhatikan pemilih.

 

Riwayat Kemenangan Nahdlatul Wathan (NW) Pancor

 

Peran NW Anjani dan NW Pancor dalam Pilkada NTB sangat signifikan karena mereka menguasai basis sosial yang kuat dan memiliki pengaruh besar dalam pembentukan opini publik. Calon kepala daerah yang dapat merangkul kedua kubu ini secara efektif akan memiliki peluang besar untuk menang, meski tantangannya adalah menjaga keseimbangan antara kedua kelompok agar tidak terjadi konflik atau polarisasi yang mendalam di masyarakat.

Riwayat kemenangan calon yang didukung oleh NW Pancor dalam kontestasi politik, khususnya di NTB, menunjukkan bahwa organisasi ini memiliki pengaruh signifikan, terutama di kalangan masyarakat Lombok. Dukungan ormas ini terhadap kandidat tertentu sering kali menjadi faktor penentu dalam hasil Pilkada atau pemilu legislatif.

Salah satu momen paling menonjol adalah dukungan NW Pancor terhadap Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi dalam Pemilihan Gubernur NTB di tahun 2008 dan 2013. Pada tahun 2008, TGB memenangkan Pilgub NTB periode pertama dengan dukungan kuat dari NW Pancor, yang memiliki basis massa besar di Lombok Timur dan sebagian besar Lombok Tengah. Dukungan ini menjadi fondasi kemenangan TGB di tengah persaingan sengit dengan calon lainnya. Pada periode kedua di tahun 2013, dukungan NW Pancor juga Kembali diberikan kepada TGB, ditambah dengan koalisi politik yang kuat. TGB berhasil mempertahankan jabatannya dengan kemenangan signifikan.

Selain TGB, ada pasangan Zulkieflimansyah dan Sitti Rohmi Djalilah yang diusung oleh NW Pancor di tahun 2018. Zulkieflimansyah merupakan seorang kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sementara Rohmi diusung oleh NW Pancor. Pasangan ini meraih kemenangan berkat dukungan NW Pancor dan dukungan partai-partai yang cukup solid pada saat itu. Berdasarkan hasil rekapitulasi suara KPU NTB, menunjukkan pasangan Zul-Rohmi berhasil meraih 811.945 suara dan memenangkan Pilkada NTB di tahun 2018.

 

NW Pancor Tidak Solid, Kans Pasangan NW Anjani Kuat

 

Seperti kita ketahui, saat ini Zulkieflimansyah pecah kongsi dengan wakilnya di tahun 2018, Sitti Rohmi Djalilah. Kandasnya Zul dan Rohmi jilid dua menurut PKS karena tidak ditemukan kesepahaman antara mereka berdua. Pada saat ini juga, Rohmi ditenggarai beririsan dengan sikap elite ormas-ormas Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). NWDI diketuai adik Rohmi, Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi. Sehingga TGB bermanuver mendukung Zul-Uhel di Pilgub NTB 2024, meski Rohmi adalah kakak kandung TGB sendiri.

"Untuk Pilkada NTB memang saya pernah menyampaikan dua hal. Pertama, saya mendukung Zul-Rohmi untuk periode kedua. Kenapa? Karena bagi saya setiap keputusan harus berbasis pada pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan data survei menunjukkan bahwa pemimpin butuh rentang waktu, dalam bahasa kami dua periode. Termasuk kepemimpinan nasional. Untuk apa? Agar apa yang dia gagas lebih sempurna, bisa dituntaskan," ujar TGB kepada media di Mataram, Minggu (3/11/2024).

Di tengah dukungan yang tidak solid dari NW Pancor kepada pasangan Rohmi- Musyafirin. Namun pendukung Rohmi sendiri tentu tidak bisa diabaikan. Dukungan massa Rohmi tentu berkurang kepada Zulkieflimansyah yang sebelumnya berduet dengan Rohmi. Ini yang kemudian hemat saya, justru pasangan Iqbal-Dinda yang didukung oleh NW Anjani dan partai pendukungnya (Gerindra, Golkar, PPP, PAN, PBB, Hanura, Gelora, PSI, Prima dan Garuda). Tapi hemat saya, ada penentu lain yang menurut saya tidak bisa diabaikan yaitu anak-anak muda NTB.

           

Generasi Muda Menjadi Kunci Kemenangan Calon

Generasi muda di NTB menjadi segmen penting yang patut diperhitungkan dalam setiap kontestasi politik, termasuk yang melibatkan ormas besar di NTB, yakni Nahdlatul Wathan. Meski organisasi ini memiliki basis tradisional yang kuat, dinamika sosial yang berubah, terutama dengan kehadiran media sosial, membuat pengaruh tokoh NW terhadap generasi muda tidak lagi sekuat sebelumnya. Pola pikir kritis dan akses luas terhadap informasi membuat generasi ini cenderung lebih mandiri dalam menentukan pilihan politik mereka. 

Di sisi lain, generasi muda memiliki preferensi terhadap isu-isu yang relevan dengan kehidupan mereka, seperti pendidikan, lapangan kerja, dan pengembangan digital. Kandidat yang hanya mengandalkan dukungan tokoh agama tanpa menghadirkan program yang konkret dan adaptif sering kali gagal menarik perhatian mereka. Dalam konteks ini, kekuatan NW sebagai penggerak suara tradisional mungkin mengalami pergeseran efektivitas jika tidak menyesuaikan pendekatannya. 

Untuk tetap relevan, NW perlu bertransformasi dengan menjangkau generasi muda melalui pendekatan modern, seperti kampanye berbasis digital dan penguatan program-program yang memberdayakan pemuda. Keterlibatan anak muda NW dalam politik dan kepemimpinan juga dapat menjadi jembatan untuk menjaga keberlanjutan pengaruh organisasi ini di era yang semakin digital.

Penutup

Pilkada NTB 2024 menjadi ajang yang penuh dinamika, mengingat besarnya pengaruh sosial dan politik dari ormas-ormas besar seperti NW Pancor dan NW Anjani. Meskipun kedua ormas ini tetap memiliki peran signifikan, perubahan zaman menuntut strategi yang lebih adaptif, terutama dalam merangkul generasi muda yang kini menjadi kunci utama peta elektoral. Generasi muda NTB, dengan pemikiran kritis dan akses luas terhadap informasi digital, menjadi penentu arah suara, di mana mereka lebih cenderung memilih calon yang menawarkan program konkret dan relevan dengan kebutuhan mereka.

Pada akhirnya, Pilkada NTB bukan hanya tentang siapa yang didukung oleh ormas besar atau partai politik, tetapi juga tentang siapa yang mampu memahami dan menjawab aspirasi masyarakat, terutama di kalangan pemilih muda. Calon kepala daerah yang dapat menjembatani kebutuhan tradisional masyarakat dengan tuntutan modernitas, seperti ekonomi digital, pendidikan, dan pemberdayaan, memiliki peluang besar untuk memimpin NTB ke arah yang lebih baik. Ajang ini tidak hanya menjadi momentum politik lokal, tetapi juga cerminan dinamika perubahan sosial dan politik di Indonesia bagian timur.[]

Editor : Purnawarman

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut