MATARAM, iNewsLombok.id - Anggota DPR RI Rachmat Hidayat yang juga Ketua DPD PDIP NTB mengungkap hal yang belum banyak diketahui publik tentang nasab proklamator RI Soekarno yang ke Sunan Kalijaga.
Rachmat menyebut hal yang mungkin belum banyak diketahui khalayak bahwa KH Hasyim dan Bung Karno dan seluruh keturunannya memiliki ketersambungan nasab hingga Nabi Muhammad SAW. KH Hasyim kata Rachmat adalah keturunan Sunan Giri.
Sementara Bung Karno adalah keturunan Sunan Kalijaga. Sunan Giri dan Sunan Kaligaja, adalah dua ulama utama penyebar Agama Islam di Bumi Nusantara.
Bersama tujuh ulama utama lainnya, Sunan Giri dan Sunan Kalijaga masyhur dikenal umat Islam sebagai Wali Songo, sembilan wali penyebar ajaran Islam di Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Kalijaga sendiri memiliki silsilah yang tersambung ke Nabi Muhammad SAW.
Kedua Wali ini merupakan keturunan ke-23 dari Rasulullah. Rachmat menjelaskan, KH Hasyim, terhitung keturunan ke-6 Ki Ageng Muhammad Besari, yang merupakan keturunan kelima Sunan Giri.
Sementara Bung Karno memiliki garis keturunan Sunan Kalijaga dari eyang putrinya, Raden Ayu Nganten Hardjodikromo, yang merupakan putri Tumenggung Haryokusumo bin Pangeran Serang. Ibu Raden Ayu Nganten Hardjodikromo adalah Nyai Ageng Serang, yang merupakan keturunan langsung Pangeran Wijil, yang merupakan putra Sunan Kalijaga.
Sementara dari jalur kakek, Bung Karno kata Rachmat adalah keturunan Sultan Hamengkubuwono II, Raja Kesultanan Jogjakarta yang memerintah selama tiga periode.
Ayahanda Bung Karno, Raden Soekemi Sosrodihardjo, merupakan putra dari Raden Hardjodikromo, yang merupakan putra Raden Danoewikromo. Ayah Raden Danoewikromo adalah Pangeran Haryo Mangkudinigrat, yang merupakan Putra Sultan Hamengkubuwono II.
“Berdasarkan nasab dan silsilah keluarga tersebut, hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dan juga Bung Karno, beliau-beliau ini adalah keturunan langsung dari Baginda Nabi Muhammad SAW,” ucap Rachmat.
Karena itu pula, ziarah yang dilakukan kader PDI Perjuangan ke Makam Bung Karno kemudian dilanjutkan dengan ziarah ke Makam KH Hasyim Asy’ari, kata Rachmat, adalah bukan sekadar ziarah ke makam pahlawan dan pendiri bangsa.
Namun lebih dari itu, juga ziarah ke makam keturunan langsung Rasulullah SAW. Lazimnya ziarah makam, Rachmat pun berharap, agar kader PDIP tidak melulu menyiapkan diri untuk kehidupan dunia. Namun juga menyiapkan bekal untuk menjalani kehidupan setelah dunia.
“Kita semua pada akhirnya akan tiba pada kematian. Kita berdoa agar seluruh amal kebaikan kita diterima Allah SWT, agar kubur kita dilapangkan oleh Allah, dan termasuk dalam hamba yang mendapatkan kenikmatan kubur. Hamba yang kubur-kuburnya dijadikan seperti taman-taman surga oleh Allah,” imbuh Rachmat.
Dirinya dan seluruh kader dan fungsionaris PDIP NTB pun bersyukur, bisa menjadi bagian dari umat yang masih mendapat kesempatan untuk berziarah ke makam-makam para tokoh-tokoh pendiri bangsa. Rachmat menjelaskan, di Makam Bung Karno, setidaknya 5.000 orang datang berziarah setiap hari.
Jumlah yang hampir sama juga di Makam Gus Dur dan KH Hasyim. Dan pada akhir pekan, jumlah tersebut bahkan bisa jauh lebih banyak.
“Ziarah ini penting, agar kita tahu diri kita. Agar kita tahu sejarah dan spirit perjuangan pahlawan-pahlawan bangsa kita,” imbuh tokoh kharismatik Bumi Gora ini.
Editor : Purnawarman