Tapi bukan berarti Iman boleh berleha-leha. Iman ingat persis. Selepas pulang sekolah, dia sudah ada untuk bekerja di tempat usaha ayahnya, dan baru pulang pada pukul 17.00 Wita. Dia tak bermain bersama teman-temannya.
Padahal, tak berbilang, silih berganti teman sebayanya datang mengajak untuk sekadar main playstation, atau jalan-jalan naik sepeda motor berkeliling-keliling.
“Saya bahkan sampai dijauhi teman-teman. Tapi itu dulu ya… Kalau sekarang tidak,” kata Iman tertawa mengenang masa-masa itu.
Selepas menamatkan sekolah menengah, Imam melanjutkan pendidikan tinggi di Universias Tujuh Belas Agustus (Untag) Surabaya. Iman mengambil jurusan ekonomi dengan konsentrasi pemasaran. Pada 2008, dia menamatkan studi, lalu kembali ka kampung halaman.
Oleh ayahnya, Iman lalu diberi tanggung jawab menjadi manajer di Ulet Jaya. Pelan dan pasti, usaha Ulet Jaya kian berkembang pesat. Usaha bengkel tersebut kian membesar. Sudah ada pula usaha pengelasan dan mesin bubut.
Sampai kemudian pada tahun 2014, sang ayahanda berpulang, dipanggil Yang Maha Kuasa, yang menjadikan Ulet Jaya sepenuhnya tanggung jawab Iman. Toh, meski memiliki pusat usaha di Kota Bima, bukan berarti Iman tak memiliki jejaring pengusaha di tingkat nasional.
Usaha kacang mete milik Imam misalnya, sudah bermitra dengan pengusaha di Pulau Jawa untuk ekspor kacang mete ke berbagai negara.
Dalam waktu dekat, Imam juga akan mendirikan Akademi Futsal di Kota Bima. Akademi itu merupakan franchise V8, akademi futsal yang didirikan legenda fustal Indonesia, Vennard Hutabarat.
“Sebentar lagi sudah penandatanganan MoU,” ungkap Iman.
Editor : Purnawarman