LOMBOK, iNewsLombok.id - Kemandirian desa di Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak akan terwujud tanpa keterlibatan aktif generasi muda. Hal tersebut ditegaskan Akademisi Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), Dr. Furkan Sangiang, dalam diskusi publik bertajuk “Menguji Efektivitas Program Desa Berdaya Pemprov NTB” yang digelar HMI MPO Cabang Mataram, Kamis, 30 Oktober 2025.
Acara tersebut menghadirkan narasumber lain, yaitu Kepala Dinas PMD NTB Lalu Hamdi dan Anggota Tim Percepatan Gubernur NTB, Giri Arwana.
Anak Muda sebagai Pilar Desa Berdaya
Menurut Dr. Furkan, keberhasilan program Desa Berdaya tidak hanya diukur dari pembangunan fisik, tetapi dari kemampuan masyarakat mengelola potensi sosial dan ekonomi secara mandiri.
“Kita harus mengubah cara berpikir bahwa berdaya itu datang dari luar. Hati dan ujung tombak pemberdayaan sejati justru ada pada anak-anak muda desa,” ujarnya.
Ia menyoroti krisis regenerasi di sektor pertanian, dimana mayoritas petani NTB telah berumur lebih dari 60 tahun.
“Produksi pertanian kita didominasi oleh mereka yang berusia di atas 60 tahun. Jika ini dibiarkan, ke depan kita bisa kehilangan tenaga muda,” jelasnya.
Belajar dari Jepang dan Jerman
Furkan mencontohkan dukungan negara maju dalam memulangkan anak muda ke desa:
“Di Jepang, anak muda yang mau kembali ke desa diberi fasilitas dan akses untuk berproduksi,” tegasnya.
Ia menilai strategi serupa perlu diterapkan di NTB agar transformasi desa benar-benar berpihak pada generasi muda.
Potensi Peternakan NTB Mencapai Ratusan Miliar
Furkan juga menyoroti potensi ekonomi peternakan NTB
“Jika kita hitung dengan harga rata-rata 15 juta per ekor, nilainya bisa mencapai sekitar 156 miliar rupiah. Tapi pertanyaannya, apakah nilai sebesar itu sudah kembali ke masyarakat desa?,”
Menurutnya, profesionalisme pengelolaan dan keterlibatan pemuda menjadi kunci agar nilai ekonomi dirasakan langsung oleh warga desa.
“Kemandirian desa soal kepercayaan dan kesempatan bagi generasi muda untuk mengelola sumber daya mereka sendiri,”
Pemberdayaan Desa Dimulai dari Akar Rumput
Kepala DPMD NTB Lalu Hamdi menegaskan bahwa strategi pengentasan kemiskinan harus dimulai dari desa.
“Pertanian bukan hanya soal menanam dan memanen, tapi tentang bagaimana mengelola seluruh ekosistemnya,” jelas Hamdi.
Selain pertanian, pariwisata pedesaan menjadi sektor strategis untuk mendorong ekonomi kreatif masyarakat.
Pengembangan Desa Wisata
Hamdi menegaskan “Desa wisata harus menjadi ruang tumbuhnya ekonomi kreatif masyarakat, bukan hanya menjadi tempat singgah wisatawan,”
Program Desa Berdaya & Desa Transformatif
Pemprov NTB menjalankan dua program utama:
Desa Berdaya Tematik
Desa Berdaya Transformatif
Selain bantuan ekonomi, program ini menekankan penguatan kapasitas, perlindungan sosial, dan pemetaan keluarga miskin agar program tepat sasaran.
“Kita tidak boleh memberi bantuan secara sembarangan,”
Kolaborasi dan Gotong Royong
Hamdi menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor adalah kunci:
“Pemerintah hanya menjadi fasilitator, sedangkan kekuatan utamanya ada pada masyarakat,”
Ia menutup dengan optimisme “Ketika desa kuat, maka NTB pun akan maju dan sejahtera,”
Pemprov NTB tengah mengembangkan platform digital monitoring desa untuk memetakan potensi, data kemiskinan, dan capaian ekonomi secara real-time.
NTB juga sedang mendorong inkubator bisnis desa untuk pelatihan UMKM muda, digital marketing, dan pengolahan hasil pertanian/peternakan.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait
