Mataram, InewsLombok. id- Perhelatan event internasional MotoGP Mandalika 2022 telah usai. Ajang balapan yang berlangsung selama tiga hari tersebut meninggalkan berbagai kesan dari berbagi pihak.
Terselenggaranya event tersebut dengan sukses memang patut diapresiasi. Namun, beberapa hal menjadi catatan minus untuk dijadikan bahan evaluasi.
Wakil Ketua I DPRD Provinsi NTB, H. Mori Hanafi, S.E., M.Comm memeberkan beberapa catatan poin yang menjadi kritikan atas terselenggaranya event kelas dunia tersebut.
Catatan pertama, kata Mori, mengenai mahalnya harga hotel dan harga sewa kendaraan yang melampaui batas. Hal ini, kata dia, menjadi keluhan para wisatawan yang datang ke Lombok untuk menyaksikan MotoGP maupun melakukan kegiatan lain di NTB.
“Ini menjadi evaluasi, karena tidak boleh kesannya kita memanfaatkan keadaan, adapun kalau kita mau menaikkan boleh tapi jangan keterlaluan. Masa sewa mobil sampai 3 juta sehari," keluh dia saat ditemui di Golden Palace, Senin (28/3/2022).
Dalam ptaktiknya, pemerintah provinsi NTB sendiri memang memberikan batasan harga untuk hotel dan penginapan. Namun menurut Mori, pembatasan tersebut terkesan terlambat dan tidak efektif karena para wisatawan sudah terlanjur memesan hotel sebelum regulasi tersebut diturunkan.
"Kedepannya, untuk event internasional yang akan datang, 6 bulan sebelumnya para pelaku industri akan dipanggil sehingga muncul kesepakatan dalam bentuk standarisasi harga pasar," tekannya.
Masalah lain, yakni berupa kemacetan parah yang juga harus menjadi bahan evaluasi. Menurutnya, kemacetan yang terjadi di Lombok dalam masa MotoGP kemarin harus dilakukan rekayasa tembahan.
“Usulan kami besok supaya satu arah, jadi misalnya pintu masuknya semuanya dari arah bypass, pintu pulangnya semuanya dari jalan lama atau sebaliknya. Kalau kemarin itu kan gara-gara beginilah di simpang-simpang itu jadi ter-lock, simpang sini ter-lock simpang sana ter lock ini yang, bikin kacau," kata dia.
Terakhir, yakni terkait kurangnya promosi budaya dan kearifan lokal dalam bentuk atraksi budaya. Mori menegaskan, seharusnya event internasional ini menjadi ajang promosi kearifan lokal. Terlebih Indonesia, khususnya provinsi NTB memiliki banyak budaya yang cukup menarik untuk diperlihatkan kepada dunia.
“Seharusnya bisa kita manfaatkan untuk lebih mengenalkan budaya-budaya kita lagi, memang kurang ya bukan nggak ada, semestinya bukan cuma di pusatnya, mulai dari bandara sepanjang jalan itu bisa kita rekayasa. Apalagi banyak kesenian-kesenian tradisional kita semua pasti bisa berpartisipasi” pungkasnya.
Editor : Dewi Ayu Tri Anjani
Artikel Terkait