Musda Golkar NTB Tergantung Sikon Bahlil

"Kami gak ke arah sana, masih menunggu penjadwalan. Musda bersama gak lah," tegasnya.
Firad menambahkan, pola kepemimpinan Bahlil kini cenderung berbeda, dengan menginginkan hadir langsung di tengah-tengah kader daerah.
Bahkan dalam Musda Bali pada 23 Mei pun, Ketum Golkar disebut tidak hadir, yang menunjukkan bahwa kehadirannya diprioritaskan untuk konsolidasi yang dianggap strategis.
"Tapi yang sekarang, pola baru Ketum ingin langsung hadir, untuk konsolidasi di kader. Tanggal 23 saja Bali tidak hadir," sambungnya.
Terkait waktu pasti pelaksanaan Musda Golkar NTB, Firad mengatakan pihaknya sepenuhnya menunggu arahan dan jadwal dari DPP.
"Kami menunggu arahan menyesuaikan dengan jadwal dari beliau (Bahlil)," jelasnya.
Koordinasi terus dilakukan antara DPD dan DPP untuk menentukan waktu dan format terbaik pelaksanaan musda tersebut.
Selain menghadiri Musda, Bahlil juga disebut memiliki agenda silaturahmi ke beberapa pondok pesantren (ponpes) yang memiliki keterkaitan historis dengan Golkar. Menanggapi pertanyaan terkait lokasi ponpes yang bukan lagi diasuh oleh kader aktif Golkar, Firad memberikan penjelasan.
"Bukan begitu, beliau yang meminta secara langsung, menyapa para kader, bukan sekedar membuka musda. Kami meminta mendatangi beberapa ponpes, kebetulan merupakan kader Golkar," jelasnya.
Firad menyebutkan bahwa di Lombok Barat, terdapat dua ponpes yang akan disambangi, termasuk Ponpes Abhariah, yang diketahui memiliki hubungan dekat dengan sejarah politik keluarga Ketum Golkar.
"Di Lombok Barat, ada Ponpes Abhariah, ada dua malahan. Tapi beliau masih kader, Imam Kafali. Tidak mau berbicara jauh, sudah diseleksi. Yang pasti kader Golkar yang memiliki sejarah Golkar, orang tua beliau," tandas Firad.
Di bawah kepemimpinan Bahlil Lahadalia, Golkar tampak mengubah pola konsolidasi dengan pendekatan langsung ke daerah, menekankan penguatan kaderisasi dan loyalitas struktural.
Musda sebagai forum tertinggi tingkat daerah juga menjadi titik strategis untuk menyusun ulang arah politik dan regenerasi kepengurusan partai.
Editor : Purnawarman