Direktur Mi6: Kampanye Hitam Tidak Efektif lagi Sebagai Sarana Memframing Citra Lawan Politik

Didu melanjutkan bahwa gerakan kampanye politik beberapa dekade sebelumnya, mungkin bisa jadi efektif kala dilakukan secara manual, disaat publik tidak memiliki 'informasi penyeimbang' karena tehnologi digital belum berkembang pesat.
"Kesalahan taktik Politik Kampanye Hitam berawal ketika muncul asumsi subyektif yang mengira publik mudah digiring persepsinya. Ibarat marketing product, kampanye hitam yang dilakukan, diduga tidak diimbangi dengan melakukan mapping kecendrungan konsumen politiknya diberbagai strata," jelasnya.
Mantan Direktur Walhi NTB menggarisbawahi , yang perlu disadari, saat ini ada disparitas antara generasi milenial, generasi Z dan Alpha yang memiliki cara berpikir dan dimensi yang berbeda berbanding terbalik dengan generasi sebelumnya dalam mengendors maupun menyikapi momentum tertentu.
Sebagai Ilustrasi , saat ini dikalangan anak muda lagi trend istilah FwB ( Friend with Benefit ) yang mencerminkan relasi simbiosis mutualisme yakni pertemanan yang saling memberikan manfaat. Sementara dalam politik , pertemanan cenderung bersifat interest dan ideologis yang tidak sepragmatis seperti FwB.
"Perlu disadari pula keberterimaan dan bisa cair di generasi era saat ini tentu butuh penyesuaian dan persiapan sosial yang tidak mudah. Mengingat mereka memiliki sekat ruang privasi yang eksklusif pada diminat dan kesukaan yang sama yang kerap berjarak dengan realitas sosial kekinian, termasuk urusan Politik," pungkasnya.
Editor : Purnawarman