“Dalam konteks etika dan moral politik itu sesuatu yang bagus. Masa bapak di partai A, lalu anak di partai B, kemudian mantu atau cucu di partai C, itu sesuatu yang incredible,” tambahnya.
PPP Fokus Lahirkan Pemimpin Baru di September 2025
Menanggapi dinamika tersebut, Usman menegaskan bahwa PPP tengah melakukan pembenahan internal, termasuk persiapan menuju Muktamar PPP pada September 2025, di mana partai akan memilih ketua umum baru. Ia mengibaratkan sosok yang dicari seperti Umar bin Khattab, pemimpin tegas dan adil yang dekat dengan para ulama dan tokoh masyarakat.
“PPP membutuhkan sosok yang kuat bagaikan Umar bin Khattab, punya kedekatan dengan para ulama dan umaroh,” ungkap Usman.
PPP juga disebut tetap akan mempertahankan identitasnya sebagai partai yang memiliki kekhasan ideologis dan sejarah panjang dalam perpolitikan nasional.
Jokowi Tegaskan Lebih Nyaman Bersama PSI
Sebelumnya, Jokowi sendiri sudah menyampaikan secara terbuka bahwa ia tidak akan bergabung dengan PPP. Dalam pernyataan yang disampaikan di kediamannya di Kota Solo, Jawa Tengah, pada Jumat (6/6/2025), Jokowi mengatakan:
“Nggaklah, di PPP saya lihat sudah banyak tokoh potensial yang punya kapasitas, kapabilitas, dan kompetensi jauh lebih baik.”
Jokowi pun memberikan sinyal kuat bahwa ia akan memilih PSI sebagai kendaraan politik berikutnya.
“Sudah banyak nama-nama yang muncul (di PPP). Banyak sekali. Saya di PSI saja,” ucapnya singkat.
Jokowi sempat beberapa kali diundang dalam acara internal PSI sebelum pernyataannya ini, termasuk saat peluncuran program PSI untuk Generasi Emas 2045. PSI saat ini sedang melakukan konsolidasi nasional di beberapa provinsi sebagai bagian dari penguatan basis setelah Kaesang menjabat ketum.
Beberapa kader muda PSI mengaku antusias dengan kemungkinan Jokowi menjadi mentor politik mereka menjelang Pemilu 2029. PPP dalam waktu dekat akan menggelar Musyawarah Wilayah (Muswil) di lima provinsi untuk menjaring masukan calon ketua umum baru.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait