JAKARTA – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,8 mengguncang wilayah barat daya Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Minggu siang (8 Juni 2025), sekitar pukul 14.30 WITA. Informasi ini disampaikan resmi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui sistem pemantauan gempabumi nasional.
Menurut hasil analisis BMKG, gempa tersebut terjadi di kedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut dengan koordinat episenter pada 11.46 Lintang Selatan dan 116.61 Bujur Timur, atau sekitar 301 kilometer barat daya Sumbawa Barat.
“Mag: 4.8, 08-Jun-2025 12:30:17 WIB, Lok: 11.46 LS, 116.61 BT (301 km BaratDaya SUMBAWABARAT-NTB), Kedlmn: 10 Km,” tulis BMKG dalam keterangan resminya.
Belum Ada Laporan Kerusakan atau Korban Jiwa
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada laporan resmi mengenai kerusakan bangunan, infrastruktur, ataupun korban jiwa akibat gempa tersebut. Meskipun gempa terjadi cukup jauh dari daratan, getarannya masih dirasakan ringan oleh sebagian masyarakat pesisir Sumbawa dan Lombok bagian selatan.
BMKG juga menegaskan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami, mengingat magnitudo tergolong sedang dan sumber gempa berada cukup dalam. Meski begitu, masyarakat diimbau tetap tenang namun waspada, terutama di daerah pesisir selatan yang rawan aktivitas seismik.
Gempa Terjadi di Zona Subduksi Aktif
Menurut catatan seismik, kawasan barat daya NTB memang merupakan bagian dari zona subduksi aktif antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, yang kerap memicu gempa bumi tektonik. Sejumlah ahli menyebut, aktivitas kegempaan seperti ini merupakan bagian dari mekanisme pelepasan energi alam yang alami, namun tetap harus diantisipasi dengan kesiapsiagaan.
BMKG menambahkan catatan penting dalam keterangannya:
“Disclaimer: Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data.”
Langkah Mitigasi untuk Masyarakat
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, mengingatkan bahwa masyarakat di wilayah NTB perlu terus meningkatkan kesadaran akan mitigasi bencana. Salah satunya adalah dengan mengikuti simulasi evakuasi rutin, membangun struktur bangunan tahan gempa, dan menyimpan peralatan darurat.
"Warga di wilayah rawan gempa seperti NTB harus terbiasa dengan protokol keselamatan. Jangan panik, tapi tetap siaga dan waspada,” ujarnya dalam wawancara sebelumnya.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait