LOMBOK, iNewsLombok.id — Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Kominfotik) NTB, Yusron Hadi, merespons pernyataan pengamat politik yang menganggap aksi Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal melerai perkelahian dua pemuda di kawasan wisata Pusuk sebagai bentuk settingan atau agenda pencitraan politik.
Menanggapi tudingan tersebut, Yusron menyampaikan bahwa tindakan Gubernur Iqbal justru menunjukkan sisi kemanusiaan dan spontanitas sebagai seorang pemimpin yang memiliki empati terhadap situasi di sekitarnya.
"Apa dinilai Pak Gubernur tak biasa, tak bisa atau malah tak pernah pantas melakukan tindakan humanis seperti itu?" ujar Yusron, Senin (19/5/2025).
Menurutnya, tindakan gubernur bukan sesuatu yang dibuat-buat atau dirancang demi membangun citra di ruang publik. Aksi tersebut lahir dari dorongan nurani ketika melihat peristiwa yang terjadi langsung di hadapannya.
"Pak Gubernur juga sama dengan kita, seorang manusia yang punya rasa empati terhadap sesama, yang tak suka dan tidak ingin melihat ada di depan matanya orang bertengkar, apalagi itu di area publik, di saat wisatawan tengah menikmati liburan. Semua saya kira berjalan spontanitas saja ya," tegas Yusron.
Menjawab Kritik Politik dengan Nurani
Tanggapan ini muncul setelah sejumlah pengamat menilai aksi heroik Gubernur NTB sebagai bagian dari strategi komunikasi politik atau agenda setting untuk meningkatkan citra.
Namun pihak pemerintah daerah menolak keras narasi tersebut, dan mengajak publik untuk melihat dari sudut pandang nilai kemanusiaan.
Dalam rekaman video yang beredar luas di media sosial, terlihat Gubernur Iqbal dengan tenang mendekati dua pemuda yang bertikai dan menengahi mereka secara langsung.
Aksi itu terjadi saat kunjungan bersama Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, yang membuat situasi mendadak jadi perhatian publik.
Aksi Spontan yang Berdampak Besar
Menurut sejumlah saksi di lokasi, tidak ada tanda-tanda bahwa tindakan Gubernur tersebut dirancang sebelumnya. Salah seorang warga Sembalun yang juga pelaku usaha lokal mengaku kagum atas sikap cepat tanggap sang Gubernur.
"Kami tidak sangka Pak Gubernur mau turun tangan langsung, itu menunjukkan beliau peduli dan tidak gengsi. Wisatawan juga jadi lebih respek," ujarnya.
Dari sisi pariwisata, kejadian ini justru memberikan pesan kuat bahwa pemerintah daerah hadir untuk menjamin kenyamanan dan keamanan destinasi wisata NTB, termasuk meredam potensi konflik sosial kecil yang bisa berdampak besar.
Menjaga Netralitas Narasi Publik
Yusron juga berharap agar publik tidak mudah terprovokasi oleh penilaian sepihak yang mengarah pada delegitimasi ketulusan seorang pemimpin.
"Kita ini kadang terlalu cepat menilai semuanya dengan kacamata politik. Padahal, ada kalanya seseorang bertindak hanya karena dorongan hati dan kemanusiaan. Pak Gubernur juga punya naluri itu," tandasnya.
Diperkuat Pendekatan Non-Formal
Sebagai bagian dari tindak lanjut kejadian, Pemprov NTB disebut akan mengedepankan pendekatan non-formal dengan komunitas lokal di sekitar Pusuk, guna membangun kesadaran damai di ruang-ruang wisata.
Pemprov juga menilai pentingnya edukasi sosial dan mediasi preventif untuk mencegah konflik serupa di masa depan.
Aksi Gubernur NTB dalam melerai konflik pemuda di Pusuk menuai perhatian luas, baik secara sosial maupun politik. Meski dituding sebagai gimmick pencitraan, pihak pemerintah menegaskan bahwa tindakan tersebut murni lahir dari empati manusiawi.
Publik diimbau untuk tidak terjebak pada narasi tunggal dan melihat secara lebih jernih dinamika kepemimpinan yang terjadi di lapangan.
Editor : Purnawarman
Artikel Terkait