Perang Iran-Israel Meletus: Serangan Udara Israel Hantam Teheran, Wilayah Udara Ditutup

TEHERAN, iNewsLombok.id – Konflik bersenjata antara Iran dan Israel resmi pecah pada Jumat, 13 Juni 2025. Israel melancarkan serangan udara terhadap sejumlah target penting di ibu kota Iran, Teheran, yang diyakini sebagai kediaman pejabat militer dan politik senior negara tersebut.
Media lokal Fars News yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) melaporkan bahwa kompleks hunian di kawasan Shahrak-e Mahallati, Teheran timur, menjadi sasaran utama. Distrik ini dikenal sebagai tempat tinggal para petinggi militer Iran beserta keluarga mereka.
“Rumah pejabat senior militer dan politik menjadi sasaran serangan udara Israel di Teheran,” ungkap seorang pejabat Israel kepada Iran International, dengan syarat anonim. Ia juga menekankan bahwa “warga sipil bukanlah target yang dimaksud.”
Sesaat setelah serangan dimulai, Iran langsung menutup wilayah udaranya. Penerbangan domestik maupun internasional dibatalkan, termasuk seluruh operasional di Bandara Internasional Imam Khomeini, Teheran.
Data situs pemantau penerbangan FlightRadar24 menunjukkan tak ada penerbangan aktif di atas wilayah Iran sejak serangan berlangsung.
Menteri Pertahanan Israel Israel Katz mengumumkan status darurat nasional dan bersiap menghadapi kemungkinan balasan dari Iran.
“Setelah serangan preemptive Negara Israel terhadap Iran, serangan rudal dan pesawat nirawak terhadap Negara Israel dan penduduk sipilnya diperkirakan akan segera terjadi,” kata Katz dalam pernyataan resmi.
Sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat telah mendapat pemberitahuan tentang rencana operasi militer Israel terhadap Iran. Hal itu menjadi alasan AS segera mengevakuasi staf diplomatiknya dari negara-negara Timur Tengah dan mengeluarkan imbauan kepada warga Amerika untuk meninggalkan wilayah seperti Irak.
Departemen Luar Negeri AS bahkan telah memerintahkan evakuasi staf non-darurat dari Irak. Selain itu, Pentagon memberi izin anggota keluarga militer di wilayah tersebut untuk pulang secara sukarela.
Presiden Donald Trump dalam pernyataan di Kennedy Center menegaskan, “Karena itu bisa menjadi tempat yang berbahaya, dan kita akan lihat apa yang terjadi.”
Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, memperingatkan bahwa jika konflik terus berlanjut, maka IRGC akan “menargetkan seluruh pangkalan AS di negara tuan rumah.”
Iran juga meningkatkan kesiapan militernya dan menyatakan bahwa kegagalan perundingan nuklir dapat menjadi pemicu perluasan konflik di kawasan.
Trump kembali menegaskan bahwa AS tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir. “Kami tidak akan mengizinkannya,” tegasnya saat ditanya tentang kelanjutan perundingan nuklir yang sudah berlangsung dalam enam putaran.
Trump menegaskan bahwa AS masih berusaha mencapai kesepakatan damai meski Iran terus memperkaya uranium hingga hampir mendekati level senjata, yakni 60% dari yang dibutuhkan 90% untuk senjata nuklir.
Konflik antara Iran dan Israel bukan hal baru. Sejak Revolusi Islam Iran tahun 1979, kedua negara berada dalam posisi konfrontatif. Israel di bawah kepemimpinan Benjamin Netanyahu telah melakukan berbagai operasi rahasia guna menghambat kemajuan program nuklir Iran.
Trump juga menyatakan sebelumnya bahwa ia pernah meminta Netanyahu agar tidak menyerang Iran saat proses diplomatik masih berjalan.
“Saya katakan kepadanya bahwa ini tidak pantas dilakukan sekarang karena kita sudah sangat dekat dengan solusinya,” katanya.
Organisasi Perdagangan Maritim Inggris telah memperingatkan risiko tinggi terhadap jalur perairan vital seperti Teluk Persia, Selat Hormuz, dan Teluk Oman yang merupakan jalur utama perdagangan minyak dunia. Ketegangan di kawasan tersebut dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas energi global.
Editor : Purnawarman